sumber ilustrasi: news.id

Oleh: Moh. Minahul Asna*

Adigang Adigung Adiguno

Manusia merupakan makhluk yang sangat unik. Berbeda dengan Malaikat yang hanya diciptakan dengan akal, dan Setan yang hanya diciptakan dengan nafsu. Manusia memiliki kelengkapan dari keduanya yaitu akal dan nafsu. Sehingga manusia memiliki potensi untuk menjadi Ahsana Taqwim (sebaik-baiknya makhluk) karena mengalahkan nafsunya dan sebaliknya memiliki potensi menjadi Asfala Safilin karena dikuasai oleh nafsunya.

Melihat potensi-potensi tersebut maka manusia tidak boleh serta merta membanggakan diri sendiri di atas makhluk lain. Roda senantiasa berputar. Ada saatnya kita berdiri di puncak ada pula saat kita berada di titik terendah. Falsafah Jawa ini lah yang menjadi warisan (pesan) para leluhur untuk kita semua agar tidak mudah membanggakan kita. Ketiga hal itu adalah sifat yang harus kita hindari.

Adigang, membanggakan kekuatan dan kekuasaan yang kita miliki; memegang satu kendali dalam suatu masyarakat. Adigung, membanggakan kekayaan dan keturunan; memiliki kemuliaan atas orang tuanya. Dan yang terakhir Adiguno, membanggakan kecerdasan, pengetahuan, dan kemampuan. Dari hal itu semua lalu bagaimana agar kita terhindar dari sifat itu semua.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

وَفَوْقَ كُلِّذِي عِلْمٍ عَلِيْمٌ

“Dan di atas setiap orang yang berpengetahuan, ada yang maha mengetahui.” (QS.Yusuf 12:76)

Imam Hasan al-Bashri ketika memaknai maksud ayat ini, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, mengatakan bahwa tiadalah orang alim, kecuali di atasnya ada orang alim lainnya, sehingga ilmu itu terhenti kepada Allah Swt.

“Di atas Langiit Masih Ada Langit.” Mungkin inilah ungkapan yang tepat untuk memaknai rangkaian ayat di atas. Secara lebih luas, makna ayat ke-76 dari surah Yusuf  tersebut adalah bahwa apapun kelebihan yang dimiliki seseorang; ilmu, harta, prestasi, dan sebagainya, di luar sana masih ada yang lebih dari dia.

Ketika ada orang yang memiliki ilmu pengetahuan begitu luas di suatu tempat, maka pasti ada orang lain yang lebih luas dan dalam ilmu pengetahuanya di tempat lain. Ketika ada orang kaya dengan harta melimpah di suatu daerah atau bahkan negara, pasti ada yang lain yang lebih kaya dengan harta yang lebih melimpah di daerah atau negaraa yang lain. Ketika ada orang yang memiiki kekuatan luar biasa di suatu benua, pasti ada orang lain yang lebih kuat dengan kemampuan fisik yang jauh lebih hebat dari orang tersebut di benua lain.

Inilah alasannya kenapa rekor-rekor dunia selalu terpecahkan. Karena ada rekor-rekor baru yang lebih baik dari rekor sebelumnya. Ini sudah menjadi sunnatullah (hukum Allah). Kelebihan apapun yang kita miliki bukanlah untuk dibanggakan apalagi disombongkan.

Al-Quran memberi contoh lain dari kisah Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidir a.s. Nabi Musa saat itu merasa bahwa dirinya lah yang paling pintar di antara kaumnya, lalu ditegur oleh Allah dan dipertemukan dengan Nabi Khidir untuk berguru kepadanya. Ternyata Nabi Musa tidak dapat mencerna (memahami) apapun yang dilakukan oleh Nabi Khidir.

Kisah lain ditunjukkan juga dalam kisah Nabi Sulaiman a.s. suatu saat Nabi Sulaiman dengan kekayaan dan kekuasaannya memohon kepada Allah agar diizinkan untuk menjamu seluruh makhluk Allah yang ada di wilayah kekuasaanya selama satu hari. Setelah diizinkan Allah, kemudian beliau menyediakan makanan sebanyak-banyaknya untuk menjamu makhluk Allah tersebut. Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa panjang makanan tersebut setara dengan jarak tempuh perjalanan selama dua bulan dengan menggunakan kuda pacuan. Dan lebar makanan pun setara dengan jarak tempuh perjalanan dua bulan dengan kuda pacuan.

Setelah Nabi Sulaiman a.s. merasa yang disiapkan sudah cukup beliau memanggil makhluk-makhluk yang ada di laut dan darat. Allah pun memerintahkan ikan yang bernama Nun agar menyantap sajian itu. Tidak disangka dalam waktu singkat semua yang disiapkan oleh Nabi Sulaiman a.s. habis, dengan begitu beliau menyadari apa pun yang dimilikinya tidak sebanding dengan kekayaan yang dimiliki Allah Swt.

Dari beberapa kisah tersebut, jelas bahwa semua yang kita miliki, baik berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, prestasi, kedudukan, dan jabatan tidak patut kita banggakan apalagi kita sombongkan di hadapan orang lain. Karena “Di atas Langit Masih Ada Langit”, di atas semuanya ada Allah Swt yang maha segala-galanya.

*Alumnus Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.