Peserta lomba KRTI (Kontes Robot Terbang Indonesia) yang mewakili Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY)
Peserta lomba KRTI (Kontes Robot Terbang Indonesia) yang mewakili Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY)

“Delapan kali percobaan kurang dari 12 jam sampai tidak tidur,” begitulah kata peserta dari Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) dalam lomba KRTI (Kontes Robot Terbang Indonesia) yang diadakan oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI), Selasa (15/08/2023) pekan lalu.

“Setiap tes penerbangan, tim UNHASY menyiapkan 4 body, hingga membuat 8x perkabelan dalam percobaannya,” imbuhnya.

Ginanjar Setyo Permadi, S.Kom.,M.Kom., pembimbing racing sejak tahun 2019 mengatakan, bahwa untuk dapat mengikuti kompetisi ini peserta harus melalui seleksi yang cukup ketat.

“Seleksi tersebut di antaranya dengan pembuatan proposal yang berisi desain pesawat, spek motor, dan berisi tujuan mengikuti KRTI. Pada tahap selanjutnya peserta akan melakukan seleksi wilayah sebelum seleksi nasional di ITERA Lampung,” katanya.

Dosen S1 Teknologi Informatikan ini mengatakan, pada tahapan pertama kami lolos, berlanjut kami persiapan seleksi tingkat wilayah, yang setiap wilayah terbagi menjadi 2, wilayah 1 dan wilayah 2.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Pada seleksi yang dilaksanakan 13-15 Agustus divisi Racing Plane meraih juara 2 di wilayah 2 dan divisi Fixed Wing juga lolos nasional yang akan dikirim ke ITERA Lampung pada tanggal 22-27 September,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, adapun yang maju pada ajang kompetisi ini terdiri dari 2 tim (Tim Pegasus dan Tim Dragon Fly) yang setiap timnya berjumlah 3 tim utama dan 2 tim support sehingga yang ikut di UNHASY ini 10 orang.

“Untuk seleksi wilayah dilaksanakan secara hybrid, untuk tim UNHASY mendapat tempat di pangkalan TNI Angkatan Udara Raci bersama 6 kampus di Jawa Timur seperti Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Surabaya, Institut Teknologi Surabaya, dan lain-lain,” ungkapnya.

Soal persiapan, ia mengatakan terbilang cukup singkat, karena pengumuman seleksi proposal yang molor membuat peserta hanya memiliki waktu kurang lebih 2/3 minggu untuk persiapan seleksi wilayah. Adapun ide dan konsep yang dibuat kali ini merupakan perbaikan dari KRTI tahun 2019 yang menyabet penghargaan.

Peserta lomba KRTI (Kontes Robot Terbang Indonesia) dari UNHASY
Peserta lomba KRTI (Kontes Robot Terbang Indonesia) dari UNHASY

Fathur Rizal, dosen Fakultas Teknologi Informasi, sekaligus pembimbing divisi fixed wing mengaku bersyukur atas berjalannya kompetisi ini secara lancar.

Alhamdulllah, semua berjalan dengan lancar sesuai rencana,” katanya.

Di samping itu, ia menyadari bahwa tim ini dari universitas yang kecil, bahkan mungkin paling kecil dari kompetitor yang ada. Hal ini ia sadari ketika memasang kamera pada pesawat yang diterbangkan setinggi 100 meter membuat gedung yang kita lihat besar menjadi sangat kecil.

“Tapi dengan itu, menyadari kita dari perguruan kecil, kami jadi bisa leluasa untuk menunjukkan kemampuan kita pada perguruan tinggi yang lebih besar,” ujarnya semangat.

Ia menceritakan, ketika kami latihan tidak bisa terbang itu sudah biasa, sudah terbang jatuh hancur sudah biasa, bahkan kami tahu kampus lain tertawa melihat kami latihan. Dari hal tersebut tim UNHASY terus mengingat motivasi, bahwa kita datang bukan menjadi orang hebat dan akhirnya tertular menjadi orang hebat.

‘’Motivasi kepercayaan diri didapat dari proses, bukan didapat dari besar kecilnya suguhan,” pesan penutupnya.

Resyin, salah satu peserta perempuan mengaku pesimis mengikuti kompetisi ini dan tidak menyangka akan pengumuman yang didapat.

“Pertama kali saya mengikuti ini, sudah pesimis dan tidak menyangka ketika mendapat kabar juara 2,”ucapnya penuh rasa syukur.

Berikut nama-nama peserta yang mendapat penghargaan: Baihaqi Ulum Amin, Resyin Virzasa Hendriyanti, Miftakhul Mubarokah, Awanis Hadyan Zulfahmi, Rizqon Mubarok, Ahmad Fatoni, Jasri J. Pilanto, Aziz Nur Kusuma, Armando Tegar Hedonio, Septian Bayu Adi.

Peserta lomba KRTI (Kontes Robot Terbang Indonesia) dari UNHASY

Pewarta: Anisa, Ilvi