Dahlan Iskan menjadi keynote speaker di acara launching dan bedah buku Gus Sholah, kemarin (22/10/2017)

Tebuireng.Online—Dalam rangka memperingati ulang tahun Dr. (H.C.) Ir. KH. Salahuddin Wahid ke-75, Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete) dan Pustaka Tebuireng menggelar acara Launching dan Bedah Buku Pemikiran Dr. (H.C.) Ir. KH. Salahuddin Wahid berjudul “Memadukan Keislaman dan Keindonesiaan, Esai-esai Kebangsaan”, kemarin (22/10/17). Salah satu tokoh nasional, Dahlan Iskan menjadi keynote speaker dalam acara tersebut.

Dalam sambutannya ia menyampaikan problematika yang ia rasakan atas kondisi yang terjadi di beberapa negara di dunia. “Yang rakyatnya bisa sejahtera itu apakah negara yang bertuhan satu, atau negara yang tidak bertuhan, atau negara yang bertuhan banyak?” tanya Dahlan kepada audien.

CEO Jawa Pos Grup ini menyampaikan analisanya kepada hadirin terhadap perkembangan ekonomi di Negara Tiongkok. “Minggu lalu selesai konggres Partai Komunis diputuskan bahwa tahun 2021, tidak boleh lagi ada satupun orang Tiongkok yang miskin. Dan ada planningnya bagaimana menyelesaikan orang miskin itu. Tidak muluk-muluk menjadi negara yang sangat modern tapi sejahtera kelas menengah,” terangnya.

“Tantangan selanjutnya”, lanjut Dahlan, “yaitu dari negara yang bertuhan tetapi Tuhannya banyak sekali, yaitu India”, jelasnya. Menurut mantan Menteri BUMN ini, India dan Indonesia memiliki persamaan, yaitu pernah mengalami penjajahan dan juga sangat anti penjajahan. Sehingga memiliki rasa nasionalisme yang sangat tinggi.

Dahlan menceritakan bahwa dulu di India terdapat gerakan swadesi. Gerakan swadesi ini seperti halnya di Indonesia adalah berdikari yang digagas oleh bung Karno. Di India, mobilisasi gerakan swadesi ini hanya sampai beberapa tahun saja. Kemudian swadesi dihapuskan karena membuat India bangkrut. Namun, setelah pemilihan perdana menteri baru, perekonomian India mulai membaik dan swadesi mulai dilupakan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Partai yang menang sangat anti swadesi dan menunjuk menteri keuangan yang pada pemilu berikutnya menjadi menteri keuangan lagi. Ekonomi India mulai membaik dan swadesi mulai dilupakan,” tambahnya.

“Saat ini India pertumbuhannya tujuh persen. Jadi, ada dua negara di Asia yang dua-duanya raksasa. Peningkatan perekonomian pada dua negara tersebut sangat tinggi, namun dua negara itu bukan negara Islam. Satu negara tidak bertuhan, dan satunya lagi negara yang bertuhan banyak”, ungkap Dahlan.

Dahlan menutup sambutannya dengan menggantungkan pertanyaan kepada hadirin, “Jadi kita harus bagaimana? Apakah kita negara dengan bertuhan satu akan berkompetisi dengan negara yang tidak bertuhan, atau bertuhan banyak?” pungkasnya.


Pewarta: Aulia R.

Editor: Farha Kamalia

Publisher: Farha