sumber ilustrasi: arindan/tebuirengonline

Oleh: Rafiqatul Anisah*

Berbicara tentang cinta bagitu banyak tafsir dan definisi yang menjelaskannya. Apabila kita korelasikan dengan kehidupan, maka dapat dikatakan bahwa “hidup adalah kumpulan cinta, jika tidak ada cinta maka tidak hidup”, begitulah dua hubungan yang tidak bisa dipisaahkan satu sama lain. Kehidupan ini terbentuk atas dasar cinta dari Sang Maha Kuasa.

Cinta merupakan sebuah anugerah rasa yang menciptakan kesenangan dan ketenangan. Dengan cinta segala sesuatu akan dilakukan sepenuh hati. Segala bentuk cinta bisa diungkapkan dan diberikan baik kepada seseorang ataupun sesuatu yang dicintainya. Lalu dari mana cinta berasal? Secara sadar, tiada yang mampu mengadakan yang tiada selain Allah Swt.

Seluruh alam semesta merupakan buah cipta Allah semata termasuk kita. Jika Allah Swt adalah dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, semestinya tidak perlu dijelaskan kembali dari mana datangnya cinta itu sendiri. Namun terkadang kita melupakan bahwa ada Maha Cinta di atas segala cinta yaitu cinta Ilahiyah atau al-Hubb dan Mahabbah yang menyelimuti jiwa para ulama sufi.

Haidar Bagir dalam bukunya “Mereguk Cinta Rumi; Serpihan-Serpihan Puisi Pelembut Jiwa” mendefinisikan al-hubb sebagai bentuk hubungan tertinggi antara manusia dengan Allah Swt yang di dalamnya Asyiq (manusia pencinta) bersatu dengan Sang Ma’syuq (Sang Pencinta Hakiki, Allah Swt).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pada hakikatnya, kita tidak bisa terlepas dari cinta dalam kehidupan kita. Cinta akan membawa kita tergantung arah yang dikehendaki. Ada sebagian orang yang hanya fokus mengurus dan mencintai dunia saja. Tidak sedikit pula sebagian orang yang mencintai akhirat sehingga fokus menyiapkan bekal untuk akhirat. Hal ini senada dengan firman Allah Swt dalam QS: An-Nisa’ (4):77.

“Katakanlah olehmu (hai Muhammad), ‘Hiasan dunia ini hanya sebentar (terlalu sedikit) dan perhiasan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS.an-Nisaa’ (4): 77).

Cinta dipengaruhi oleh akal, akal mengarahkan seseorang untuk melakukan kecondongan terhadap sesuatu yang dituju. Dengan demikian cinta merupakan sumber kekuatan untuk mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki. Ia juga merupakan sebuah proses konsisten dan tak pernah usai. Maka setiap kali kita jatuh cinta, akan lahir usaha-usaha yang dilakukan untuk mewujudkan cinta itu.

Oleh karena itu, yang perlu kita renungkan bersama bahwa kehidupan ini tidak akan berarti apa-apa tanpa mengelola cinta pada tujuan yang sebenarnya. Tujuan yang dimaksud tak lain ialah tujuan untuk mencapai ridla yang berumber dari Allah Swt.

*Mahasiswa Pascasarjana Unhasy Jombang.