Sumber foto: https://www.tongkronganislami.net/wp-content/uploads/2012/08/Tata-Cara-Sholat-Idul-Fitri-dan-Idul-Adha.png

Puisi-Puisi Rara Zarary*

Juni yang Basah

:doa ruah dari umat yang pasrah

Juni tak sekadar memperbincangkan soal kemarau panjang, atau hujan yang tanpa permisi datang

Ada cerita haus dan lapar dari bocah yang baru belajar

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Suasana indah di malam-malam berkelanjutan, tarawih dan tadarus jadi kegiatan

Cerita pedagang yang tiba-tiba dapat rezeki berlimpahan

Atau tentang para jomblo yang takut hadapi pertanyaan-petanyaan di hari kemenangan saat silaturahmi ke tetangga atau kerabat soal pasangan

Lepas dari itu,

Juni kali ini adalah Ramadan

Jatuhnya hari kemenangan dan perayaan dari umat-umat yang telah berpeluh payah berdoa dan berusaha sepanjang pagi-malam

Meminta amalan sekaligus imbalan pada Tuhan atas yang dikerjakan, sebab sudah dijanjikan pahala yang dilipatgandakan

Maka merdekalah diri, merdekalah hati

Semoga doa ruah dari diri sampai pada Tuhan dengan selamat dan diijabah hingga menjadi sebab selamat dunia akhirat.

Lantas, bagi yang telah berjuang dengan bulir peluh sebulan penuh sebab Ramadan, kudoakan Tuhan mengabulkan dan memperbaiki nasib burukmu, lihat setelah idul Fitri berpamitan.

Sekali lagi, selamat menyambut hari kemenangan, 1439H

Sumenep, 2018 

 

Pesan yang Harus Sampai

Sebelum malam ramai dengan kumandang takbir, pandangmu terfokus pada kembang api dan bunyi petasan: aku menungkap maaf lahir batin atas salah kecil yang dibesarkan, atau salah besar yang terabaikan.

Aku menulis malam ini, sebelum besok senja menjemput malam kemenangan, agar pesan-pesan ini tersampaikan, setelah prasangka bahwa esok ponselmu akan berhamburan pesan, dan aku tak mau menjadi pesan yang ditindih tak mendapat perhatian.

Sebab maaf ini aku tulis dengan hati. Yang diharap sampai pada hati.

Maafkan, maafkan, maafkan

Aku sudah memaafkanmu duluan.

Mari jangan dendam, sama-sama bahagia menyambut hari kemenangan.

Selamat menjadi pemenang yang lapang dan tentu selamat bagi yang berhasil pulang ke kampung halaman.

Sumenep, 2018

 

Langit Perkampungan

Ada takbir menyela sorak bocah dengan bunyi petasan dan ramai warna kembang api

Ada tangis mengadu pada teras-teras rumah yang sudah diam begitu lama

Malam ini sakral, kata para tetua

Kemenangan yang hanya dimiliki yang menang, selebihnya adalah manusia-manusia yang mengikuti jalan setan

Ada kabar dari kota-kota impian, di sana langit merah merona, masjid ramai memuja Tuhannya, dan jalan kota jadi raja

Sisi lain, kisah negara-negara tanpa suara, air mata masih saja menjadi cahaya, sebuah cahaya yang sampai pada Tuhan dan tuan-tuan yang mau memahami nasibnya

Dan di sini, di kampungku sendiri, sunyi masih menjadi tamu sejati.

Rokok dimatikan, lampu-lampu mengendap tak mampu bertahan, dan rumah kami adalah rumah yang sudah ditinggal beberapa orang dari Ramadan ke Ramadan

Cahaya yang kami dapati adalah cahaya langit kota sebelah

Kebahagiaan yang kami jalani adalah rasa yang mengendap tak tau arah

Tapi kami masih sadar, malam ini adalah malam kemenangan dari Tuhan

Kami masih punya senyum dan baju baru untuk menyambut lebaran

Madura, 2018


*Penyair dan sastrawan muda asal Madura, kini berkhidmat di Tebuireng