ilustrasi wudlu

Salah satu fardhu wudhu adalah membasuh seluruh kedua tangan mulai dari telapak hingga kedua siku. Atau membasuh seukuran jarak telapak tangan sampai siku, ketika seseorang tidak memiliki siku. Termasuk kuku, jari tambahan (lebih dari lima), daging yang tumbuh di bagian tangan sampai siku, atau rambut baik pendek atau panjang yang mungkin lebah di tangan, kesemunya itu wajib dibasuh ketika wudhu. Karena anggota wajib wudhu itu mulai dari kedua tangan yakni jari-jari dan telapak tangan, lalu lengan (dzira’), sekaligus siku.

Namun, pertanyaannya apabila sesorang itu tangannya terputus bagaimana wudhunya? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di sini. Pertama, apabila tangan yang terputus maka basuhannya adalah sisa dari itu hingga siku. Misalkan, tradisi suku Moni, Papua yang memotong jari-jarinya di batas ruas tengahnya, maka kewajiban basuhan tangan mereka saat wuhdu yakni mulai dari sisa jari hingga siku. Hal itu tanpa menambah sepanjang jari yang terpotong di atas siku.

فَإِنْ قَطَعَ بَعْضَ مَا يَجِبُ غَسْلُهُ مِنْ الْيَدَيْنِ وَجَبَ غَسْلُ مَا بَقِيَ مِنْهُ؛ لِأَنَّ الْمَيْسُورَ لَا يَسْقُطُ بِالْمَعْسُورِ؛ وَلِقَوْلِهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «إذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ»[1]

Kedua, apabila yang terpotong itu lengan hingga siku dan kepala tulang lengan atas (رأس العضد/capitulum) itu masih ada, maka wajib baginya untuk membasuhnya. Sebab tulang tesebut masih bagian dari pada siku. Ketiga, apabila sesorang itu terpotong lengan termasuk kepala tulang lengan atas (رأس العضد/capitulum), maka ia disunnahkan membasuh sisa lengan atasnya. Keempat, jika seseorang lengan bawah dan lengan atasnya terpotong hingga pundak, maka sunnah untuk membasuh pada tempat terputus itu dengan air.[2]

Berikut ilustrasinya:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
ilustrasi batasan wudlu tangan putus

[1] البجيرمي ,حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب ,1/147

[2] أَوْ قَطَعَ مِنْ مَرْفِقَيْهِ بِأَنْ سَلَّ عَظْمَ الذِّرَاعِ وَبَقِيَ الْعَظْمَاتُ الْمُسَمَّيَانِ بِرَأْسِ الْعَضُدِ، فَيَجِبُ غَسْلُ رَأْسِ عَظْمِ الْعَضُدِ؛ لِأَنَّهُ مِنْ الْمَرْفِقِ، أَوْ قَطَعَ مِنْ فَوْقِ الْمَرْفِقِ نُدِبَ غَسْلُ بَاقِي عَضُدِهِ، كَمَا لَوْ كَانَ سَلِيمَ الْيَدِ، وَإِنْ قَطَعَ مِنْ مَنْكِبِهِ نُدِبَ غَسْلُ مَحَلِّ الْقَطْعِ بِالْمَاءِ كَمَا نَصَّ عَلَيْهِ.