Warga muslim Madagaskar (Sumber Foto: Republika)

Tentang Madagaskar

Republik Madagaskar adalah sebuah negara pulau di Samudra Hindia, lepas Pantai Afrika Tenggara. Bangsa yang sebelumnya dikenal dengan Bangsa Malagasy ini terdiri dari Pulau Madagaskar dan banyak pulau-pulau perifer kecil. Pulau Madagaskar adalah pulau terbesar keempat di dunia. Selain pulau utama, beberapa pulau kecil di sekitarnya juga diklaim oleh republik ini, yaitu Pulau de Nova, Pulau Europa, Kepulauan Glorioso, Pulau Tromelin, dan Bassas da India. Walaupun secara geografis berdekatan dengan Afrika, sejarah geologi, biologi, dan demografi Madagaskar berbeda dengan wilayah daratan utama benua itu.

Madagaskar terpisah dari semenanjung India sekitar 88 juta tahun yang lalu. Sehingga tanaman serta hewan asli berevolusi dalam isolasi yang relatif lama. Akibatnya, Madagaskar menjadi sumber keanekaragaman hayati. Buktinya, lebih dari 90 persen dari satwa liar yang ditemukan di tempat lain di bumi, ternyata ditemukan pula di wilayah Madagaskar. Penambahan populasi manusia yang berkembang pesat menjadi ancaman kepunahan bagi keberagaman ekosistem, serta keanekaragaman hayati yang unik.

Malangnya, Madagaskar merupakan salah satu dari banyaknya Negara yang termiskin di dunia. Mengingat perekonomianya hanya bergantung pada sektor pertanian, pertambangan, perikanan, serta produksi pakaian atau tekstil. Pendapatan perkapita masyarakat ini hanya sebesar US$ 972,07 pertahun. Ternyata, sekitar 69 persen penduduk hidup diambang batas garis kemiskinan. Masyarakatnya saja sekitar hampir 90 persen hidup dengan penghasilan di bawah US$ 2 perhari. Selama lima tahun terakhir ini, tingkat pertumbuhan rata-rata telah 2,6 persen namun diperkirakan telah mencapai 41 persen pada tahun 2016, karena program pekerjaan umum dan pertumbuhan sektor jasa.

Banyak lagi faktor yang menyebabkan kemiskinan dari berbagai sektor ekonomi. Salah satunya lagi adalah kerusakan lingkungan yang mengurangi kemampuan para petani Madagaskar untuk menghasilkan makanan dalam jumlah banyak.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Namun, tidak seluruh sektor ekonomi mengalami kegagalan. Pada tahun 2005 saja, Madagaskar menemukan sumber cadangan minyak bumi dalam jumlah besar. Minyak bumi inilah yang munkin akan menjadi masa depan perekonomian Madagaskar disertai pertambangan batu permata khususnya batu safir, dan kepariwisataan. Bidang kepariwisataan alam, yaitu suatu bentuk kepariwisataan yang meminimalkan perusak lingkungan, diharapkan dapat membatu perekonomian Madagaskar sambil melindungi wilayah alami dan kehidupan margasatwanya.

Menurut satu pendapat, penduduk asli Madagaskan berasal dari Nusantara, seperti Indonesia, khususnya dari Kalimantan Selatan (Suku Banjar). Hal itu diperkirakan akibat hubungan dagang masyarakat Nusantara ke pantai timur Afrika pada awal-awal abad Masehi. Berdasarkan bukti leksiko statistika dan linguistika, bahasa Malagasi masih termasuk paling dekat dengan bahasa Maanyan, dan tergolong rumpun bahasa Austronesia. Etnis pribumi sendiri seperti Merina dan Betsileo adalah penutur bahasa Austronesia dengan fenotipe yang sering serupa dengan penduduk Indonesia dan Filipina. Karena seiring dengan peningatan perdagangan, penduduk pantai timur Afrika bermigrasi ke pulau ini, sehingga menimbulkan asimilasi dan akulturasi di Madagaskar antara kedua kelompok tesebut dengan berbagai tingkatan. Namun, walau berasal dari tempat berbeda, mereka berbicara dengan bahasa yang sama, meski berbeda dialek.

Sejarah Masuknya Islam di Madagaskar

Sejarah mencatat, Islam masuk ke Madagaskar melalui jalur perdagangan. Mulai masuknya Islam tersebut sekitar abad ke-10 atau ke-11. Penyebarnya adalah para saudagar Arab yang datang dan berdagang ke pantai timur Afrika. Budak dari Zanzibar yang beragama Islam juga banyak yang bekerja di kawasan itu.

Namun, Islam baru benar-benar menyentuh Madagaskar saat imigran Arab mulai menetap di area Majunga, bagian barat laut pulau tersebut. Bangsa Arab muslim mendirikan pos perdagangan di sepanjang pantai di bagian barat laut tersebut. Pada abad pertengahan, raja-raja di pulau Madagaskar secara intensif berinteraksi dengan para saudagar dari Arab, Persia, dan Somalia.  Mereka menjualbelikan barang-barang dagang dari Asia Selatan, termasuk India, dan Timur Tengah.

Para pedagang ini bisa masuk dengan mudah karena membawa pesan-pesan sosial tentang kesamaan hak antar manusia, dan antara wanita dan pria. Pada abad pertengahan, raja-raja di pulau Madagaskar secara intensif berinteraksi dengan para saudagar dari Arab, Persia, dan Somalia. Para pedagang ini bisa masuk dengan mudah karena membawa paham kesamaan hak pada manusia, kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

Pada masa penjajahan Prancis, perkembangan Islam tidak terhenti. Pasca kemerdekaan tahun 1958, Madagaskar memilih menjadi sekuler dengan berpihak pada Uni Soviet. Walaupun demikian, semua umat beragama yang ada di pulau indah ini boleh tetap menjalankan dan mengembangkan agama dan kepercayaan masing-masing.

Saat ini, Madagaskar lebih dekat pada negara bekas penjajahan Prancis. Dalam hal agama, Kristen hanya dipeluk oleh sekitar 41 persen warga, sementara mayoritas orang Madagaskar (52 persen) menganut kepercayaan tradisional. Bisa jadi berkembangnya Kristen ini bersamaan dengan pengaruh Prancis sebelum menjajah sampai berhasil meninvasi Madagaskar tahun 1883 dan menjajahnya hingga memperoleh kemerdekaan pada 26 Juni 1960. Prosentase muslim di Madagaskar berbeda-beda menurut siapa yang mensurvei, ada yang mengatakan 10%, ada yang 7% dari seluruh penduduk negara yang terkenal lewat serial kartun yang berjudul sama “Madagaskar” ini.

Perkembangan Islam di Madagaskar

Warga Negara Madagaskar berjumlah kurang lebih 22 juta jiwa. Dari jumlah yang sedikit itu, menurut CIA Factbook, 7 persenya adalah muslim. Lain lagi dengan data dari data Islamic Focus Newspaper yang menyebut, jumlah Muslim Madagaskar mencapai 10 persen hingga 15 persen dari total populasi. Sementara PEW Reseach Center menyatakan bahwa terdapat sekitar 215 ribu muslim di pulau ini.

Terlepas dari ketepatan jumlah muslim di Madagaskar, eksistensi Islam di Negara bekas jajahan Perancis tersebut tidak perlu diragukan. Populasi Muslim sebagian besar tinggal di bagian barat pulau tersebut. Terdapat sekitar 215 ribu muslim di negara yang juga pernah bernama Republik Malagasy tersebut. Sebagian besar dari mereka merupakan imigran dari Yaman, Iran, Zanzibar, dan negara lainya. Sekitar 50 ribu pengungsi muslim dari India, Komoro, Somalia, pun hidup nyaman di pulau seluas 587 kilometer persegi tersebut. Tak sedikit pula warga lokal yang menjadi mualaf dan bergabung dengan mereka.

Walaupun bukan agama yang mayoritas, masyarakat muslim yang kebanyakan beraliran sunni tetap bisa tumbuh pesat di Madagaskar. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah masjid yang awalnya hanya beberapa mejadi puluhan. Sekitar 50 masjid dan pusat Islam telah berdiri di setiap penjuru negeri kaya satwa tersebut.

Di sana juga sudah tersedia banyak restoran yang menyediakan makanan yang halal. Restoran-restoran itu merupakan milik para penduduk muslim. Mereka juga diperbolehkan untuk membangun berbagai sarana atau fasilitas umum seperti klinik, organisasi keagamaan, yayasan sosial, sekolah hingga berkiprah di ranah ekonomi dan politik. Dakwah Islam juga boleh bebas disiarkan melalui media, baik elektronik seperti televisi maupun radio nasional, maupun media cetak.

Suku Tradisional Peluk Islam

Ada satu fase penting terkait perkembangan Islam di Madagaskar. Beberapa suku tradisional setempat mulai melihat Islam sebagai agama yang perlu mereka anut. Mereka tergugah pada pemahaman bahwa Islamlah sebagai agama awal mula mereka anut sehingga sangat perlu kembali pada keyakinan tersebut. Suku demi suku pun dikabarkan telah mengikrarkan diri sebagai Muslim. Terakhir, suku Intimor yang melakukan syahadat massal. Sebanyak 17.500 mualaf pun lahir dari suku ini.

Intimor adalah suku yang tinggal di tenggara Madagaskar. Suku ini diyakini telah memiliki akar Islam pada masa lalu. Berislamnya kembali suku Intimor disaksikan para aktivis dakwah Islam Afrika yang berbasis di Kuwait.

Kepala aktivis Syaikh bin Issa Alawy mengatakan bahwa dulu orang-orang Intimor telah menjadi Muslim, tetapi kehilangan kontak dengan dunia Islam sehingga hilang pula keyakinan mereka. Secara bertahap, suku tersebut kembali mengimani keyakinan mereka pada masa silam sebagai umat Islam.


*Disarikan dari berbagai sumber