Jajaran Rektor di beberapa kampus swasta Jawa Timur melakukan penandatanganan MoU terkait program penelitian dan PKM saat acara seminar nasional Unhasy yang berlangsung di Pesantren Tebuireng. (foto: aulia)

Tebuireng.online— Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz mendukung penuh atas terselenggaranya Seminar Nasional Sainteknopak VIII, yang diinisiasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unhasy. Hal itu diungkapkan dalam sambutannya di hadapan ratusan dosen mitra dan 13 Rektor kampus swasta di Jawa Timur.

Pada acara yang memiliki tujuan membahas kemajuan dan tantangan dalam bidang sains dan teknologi serta peran perguruan tinggi dalam menghadapi perubahan zaman itu, Gus Kikin menyampaikan bahwa acara ini penting dan sangat luar biasa.

“Alhamdulillah kita bisa bermuwajah ini dalam rangka Sainteknopak, ini merupakan kegiatan yang sangat penting,” ungkap Cicit Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari itu.

Dalam hal itu, Yai Kikin juga mengenang sejarah Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikan sejak tahun 1899, yang berfokus pada pendidikan ilmu agama dan melahirkan banyak ulama serta tokoh besar. KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Tebuireng, menurutnya tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga ilmu bumi dan sejarah, serta membuka pendidikan umum bagi para santri agar dapat berkiprah di masyarakat.

Beliau bercerita mengenai perkembangan Tebuireng dari masa ke masa, termasuk pendirian lembaga pendidikan seperti MASS dan MTS pada masa kemerdekaan. Beliau menekankan pentingnya menjaga warisan ilmu, karena ilmu merupakan warisan para nabi yang dapat dinikmati kapan saja.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Unhasy Sukses Gelar Sainteknopak VIII, Dihadiri 13 Rektor dan 250 Dosen Mitra

Yai Kikin juga menyampaikan refleksi mengenai kondisi Indonesia saat ini, mengutip pernyataan Prabowo Subianto yang berkunjung ke Tebuireng tiga tahun lalu. “Saya bawa hadiah buku, judulnya ‘Paradoks Indonesia’,” ujar Yai Kikin, mengutip buku yang berisi gambaran tentang ketimpangan antara potensi negara yang luar biasa dan masih tingginya kemiskinan di masyarakat.

“Ada kata-kata yang terngiang di kepala saya, ‘ayam mati di lumbung padi’, negara memiliki sumber daya luar biasa, tapi masih banyak orang miskin,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Yai Kikin mengajak semua pihak untuk berjuang bersama dalam mengatasi tantangan besar ini. “Jika dilakukan sendiri-sendiri, tidak akan bisa, maka harus bersama-sama. Dengan 13 perguruan tinggi yang hadir di sini, semoga ini menjadi kekuatan untuk bangsa Indonesia ke depan,” ujarnya.

Ia berharap agar Indonesia menjadi negara yang maju, bebas dari kemiskinan, menjaga lingkungan, dan mensejahterakan masyarakat.

Acara seminar ini dilanjutkan dengan sambutan dari Rektor Unhasy, Prof. Haris Supratno. Dalam kesempatan itu beliau menjelaskan tujuan diadakannya seminar ini, yang juga diikuti dengan penandatanganan MoU dan MoE antara Unhasy dan 13 Rektor kampus swasta di daerah Jawa Timur yang hadir. Menurutnya hal ini sebagai langkah menuju kolaborasi lebih lanjut dalam pengembangan pendidikan dan riset di Indonesia.



Pewarta: Aulia