KH. M. Chamim, menjelaskan tentang pentingnya orangtua dalam memperhatikan anak perempuannya perihal jodoh. Hal ini disampaikan dalam kajian tafsir ayat Ahkam di Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, Rabu (20/2). (Foto: Syarief)

Tebuireng.online- Orang tua yang bijak seharusnya paham kondisi psikis dari putra-putri mereka. Terutama bahasa tubuh dan air mata dari anak perempuannya. Hal ini diungkapkan oleh KH M Chamim saat mengaji tafsir ayat Ahkam di Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (20/2).

“Air mata gadis atau perawan jika panas itu tandanya luapan kesedihan. Menunjukkan pemberontakan hati. Luapan emosi amarah yang terpendam,” katanya.

Kiai Chamim mengatakan, bagi orang tua atau calon orang tua jika ada pria yang melamar anak gadisnya maka kasih tahu mereka (sang anak). Lalu lihat ekspresinya, kalau bahagia dan tertawa maka langsung tentukan hari akadnya. Namun bila menangis, maka tunggu dulu. 

“Seorang ayah yang bijak, sebaiknya memberikan waktu anaknya menangis. Namun bukan membiarkan saja, harus ada tindakan lanjutan yang lebih halus,” ujarnya.

Menurut Kiai Chamim salah satu tindakan yang bisa diambil kepala keluarga yaitu meminta istrinya melihat sang anak. Bila anaknya masih nangis maka berikan pangkuan dan peluk dia. Setelah itu usap air matanya di pipi anak gadis tersebut. Bila air matanya panas maka itu tandanya menolak.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Kalau air matanya dingin maka segera tentukan tanggal akadnya. Karena itu luapan kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan,” tambahnya.

Pemahaman tentang keadaan anak perempuan ini sangat penting. Hal ini tak lepas dari sifat pernikahan yang sangat sakral. Salah dalam memilih jodoh, maka yang datang bukan kebahagiaan melainkan masalah baru yang lebih besar.  Bahkan bisa membuat luka mendalam seumur hidup.

“Jangan salah pilih jodoh, hati-hati. Jangan karena cantik atau gantengnya saja, tapi lihat juga agamanya. Karena itu lebih baik buat masa depan,” tandas Kiai Chamim.

Pewarta: Syarief Rahman
Editor/Publisher: RZ