Oleh: Izzatul Mufidati*

“Sesungguhnya Ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguh para Nabi tidak mewariskan dinar, tidak pula dirham, para Nabi hanya mewariskan ilmu, siapa yang mengambil ilmu maka ia telah mengambil bagian yang berlimpah”. (Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, ibnu Majah dan ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya)

Penghormatan pada kyai atau ulama bagi warga Nahdliyyin (NU), misalnya: taat terhadap perintah kyai, tidak memulai pembicaraan sebelum dipersilahkan oleh sang guru, sowan (menghadap) kepada Ulama di kala menghadapi problematika kehidupan, saat kyai berbicara menunduk khusyuk menyimak untaian kata yang disampaikannya, melirihkan suara di hadapan kyai, berdiri menyambut kedatangan kyai dan lain sebagainya.

Mengenai berdiri menyambut kedatangan kyai, dalam sebuah hadits dijelaskan dasar legalitas terkait hukumnya yaitu Sayyidah Fathimah berdiri ketika sang Ayah (Nabi shallahu ‘alaih wa sallam) mendatangi beliau dan sebaliknya, “Dari Aisyah, beliau berkata: Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih mirip dengan Rasulullah seperti halnya Fathimah, tatkala Fathimah datang kepada Nabi, Beliau menyambutnya dengan berdiri dari tempat duduknya kemudian meraih tangan putrinya itu lantas mencium dan mempersilahkannya di tempat duduk Beliau, begitu pula sebaliknya tatkala Nabi dating kepada Fathimah, Fathimah menyambut beliau dengan berdiri dari tempat duduknya kemudian meraih tangan Beliau lantas menciumnya dan mempersilahkan baginda Nabi di tempat ia duduk. (HR. Abu Dawud, at-Turmudzi dan An-Nasa’I, dalam penilaian at-Turmudzi Hadits tersebut Hasan Gharib dari jalur ini).

Selain itu, Syaikh ‘Ali as-Shabuni menjelaskan hukum berdiri sebagai penghormatan kepada sesama muslim, “Mayoritas ahli Fiqih menyatakan boleh berdiri untuk untuk (menghormati) orang yang baru datang jika yang baru datang merupakan orang Islam yang mulia dan baik dengan tujuan menghormatinya. Karena menghormati seorang muslim adalah wajib, dan memuliakannya karena agama serta kebaikannya adalah perbuatan yang dianjurkan oleh Islam, serta perbuatan demikian merupakan jalan untuk memuypuk rasa cinta kasih.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Disarikan dari buku: Potret ajaran Nabi Muhammad dalam sikap santun Tradisi & amaliyah NU


*Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al Urwatul Wutsqo (STIT – UW)