ilustrasi: www.google.com

Oleh: Silmi Adawiya*

Menjadi kaya bukan sebuah kesalahan dalam Islam. Zuhud tidaknya seseorang bukan dilihat dari kaya miskinnya seseorang. Zuhud itu hanya menghilangkan keterikatan hati pada dunia, bukan menghilangkannya. Para sahabat memiliki kekayaan dunia, tapi tidak punya keterikatan hati dengan materi. Harta bagi mereka hanyalah fasilitas untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk tujuan hidup.

Selain bekerja dan berdoa dengan giat, ternyata ada sebuah amaliah yang mudah sekali dikerjakan untuk bisa menjadi kaya. Syekh Nawawi dalam kitab Tafsir Marâh Labîd menuturkan sebagai berikut:

عن سهل بن سعد جاء رجل إلى النبي صلّى الله عليه وسلّم وشكا إليه الفقر فقال: «إذا دخلت بيتك فسلم إن كان فيه أحد وإن لم يكن فيه أحد فسلم على نفسك واقرأ قل هو الله أحد مرة واحدة. ففعل الرجل فأدر الله عليه رزقا حتى أفاض على جيرانه


“Dari Sahl bin Sa’d, seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan mengadu kepadanya perihal kefakiran. Rasul bersabda, ‘Bila engkau memasuki rumahmu, ucapkanlah salam bila di dalamnya ada seseorang. Bila tidak ada seorang di dalamnya, maka bersalamlah untuk dirimu dan bacalah surat qul huwallâhu ahad sekali.’ Lelaki itu mengamalkannya. Allah melimpahkan kepadanya rezeki hingga meluber kepada para tetangganya.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan membaca surat Al Ikhlas mampu bisa mengatasi kesulitan ekonomi dalam dunia serta dilimpahkannya rezeki yang banyak. Alhasil jika kita rutin mengamalkan amaliah tersebut, insyaAllah bisa menjadi kaya layaknya sahabat yang disebutkan dalam keterangan Imam Nawawi di atas.

Namun jika kita hidup sendiri, semisal di apartemen studio atau kos mandiri yang hanya hidup sendiri, bagaimanakah cara mengucapkan salamnya? Keterangan Imam Nawawi diatas menyebutkan jika tidak ada seseorang sekalipun, tetaplah mengucapkan salam. Apakah redaksi salam tersebut sama layaknya salam pada umumnya?

Imam Nawawi juga pernah memaparkan perihal tersebut berdasarkan pemaran Ibnu Abbas dan Qatadah.

وقال ابن عباس: إن لم يكن في البيت أحد فليقل: السلام علينا من قبل ربنا وقال قتادة: إذا دخلت بيتك فسلم على أهلك فهم أحق بالسلام ممن سلمت عليهم، وإذا دخلت بيتا لا أحد فيه فقل: السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين


“Ibnu Abbas berkata, ‘Bila tak ada siapapun di dalam rumah, maka ucapkanlah ‘assalâmu ‘alainâ min qibali rabbinâ’ (keselamatan bagi kami dari Tuhan kami), adapun Qatadah berkata, ‘Bila engkau memasuki rumahmu, maka ucapkanlah salam kepada keluargamu. Mereka lebih berhak mendapatkan salam daripada orang lain yang engkau salami. Bila engkau memasuki sebuah rumah yang tak ada seorang pun di dalamnya, ucapkanlah, ‘assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâhis shâlihîn,’ (keselamatan bagiku dan bagi hamba-hamba Allah yang saleh).

Dengan demikian, redaksi salam yang diucapkan ketika tidak ada orang lain adalah ‘assalâmu ‘alainâ min qibali rabbinâ’ atau assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâhis shâlihîn, kemudian lanjut membaca surat Al Ikhlas sekali.

*Alumni Pesantren Putri Walisongo Jombang.