Oleh: Vevi Alfi Maghfiroh*
Sikap sederhana harus dimiliki seorang perempuan agar tidak boros dan menggunakan harta dengan sebaik-baiknya. Juga harus membiasakan diri untuk bersedekah dan memberikan sebagian hartanya kepada orang yang membutuhkan. Sikap-sikap ini juga dicontohkan oleh para muslimah terdahulu, salah satunya adalah ummul mukminin Zainab binti Jahsy.
Zainab binti Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mar bin Sharah binMurrah bin Kabir bin Gham bin Daurah bin Asad bin Khuzaimah lahir di Makkah, 17tahun sebelum kenabian. Ayahnya bernama Jahsy bin Ri’ab, keluarga terhormat, pemimpinQuraisy yang dermawan dan berakhlak baik. Keluarga besarnya beriman kepada Allah setelah datangnya ajaran Islam. Mereka pun ikut berhijrah ke Madinah.
Rasulullah Saw. meminta sayyidatina Zainab untuk menikah dengan Zaid bin Harits, putra angkatnya. Perasaannya gundah, ia merasa walaupun Zaid bin Harits merupakan putra Rasulullah Saw, tetapi ia adalah seorang mawali (budak yang dimerdekakan). Pada saat itu mawali dianggap rendah di antara masyarakat Arab. Rasulullah ingin menghapus pandangan tersebut, karena sesungguhnya semua manusia sama di hadapan Allah.
Pilihan Rasulullah jatuh pada Sayyidati Zainab r.a. yang merupakan sepupunya. Namun Zainab merasa keberatan dengan hal tersebut. Datanglah teguran dari Allah Swt “Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak pula bagi perempuan mukmin, apabila allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab (33) : 36)
Seketika itu juga, Sayyidatina Zainab menerima untuk dinikahkan dengan Zaid bin Harist. Ia tidak ingin termasuk orang yang durhaka kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Pernikahanpun dilangsungkan.Namun, terjadi banyak ketidakcocokan di antara mereka berdua. Setelah satu tahun berlalu, pernikahan tersebut tidak bisa dipertahankan. Mereka pun akhirnya bercerai.
Setelah perceraian tersebut, Allah Swt, ingin menunjukkan kemuliaan Rasulullah Saw. dengan Sayyidatina Zainab r.a. secara langsung. Allah yang menikahkan dirinya dengan Rasulullah melalui malaikat Jibril sebagai perantaranya. Sayidatina Zainab r.a. menjadi perempuan yang dinikahi Rasulullah Saw. berdasarkan firman Allah Swt.
Ketika Rasulullah Saw mengirim lamarannya kepada Zainab, ia pun menjawab. “Aku tidak bisa memutuskannya sebelum meminta petunjuk kepada Allah Swt.” Setelah berdo’a demikian, Zainab berwudu, salat, dan berdo’a, “Ya Allah, utusanMu ingin menikahiku, seandainya aku pantas untuk beliau, maka nikahkanlah aku dengan beliau.”
Maka turunlah ayat al-Qur’an “Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya dari istrinya dan ketetapan Allah itu pasti terjadi,” (QS Al-Ahzab : 37).
Ayat ini membatalkan adat adopsi yang biasa dilakukan oleh orang-orang jahiliyah. Setelah turun ayat ini, Rasulullah Saw.menyampaikannya kepada Zainab r.a. Ia bahagia dan langsung bersujud.Rasulullah menikahi Sayyidatina Zainab pada bulan Dzulqa’dah tahun 5 Hijriah. Ada pula yang mengatakan pada tahun 6 Hijriah.Pernikahan ini terjadi setelah Rasulullah menikah dengan Sayidatina Ummu Salamah r.a.
Sayyidatina Zainab binti Jahsy r.a. adalah seorang yang sangat dermawan dan rajin bekerja. Ia menyamak kulit binatang lalu membuatnya menjadi barang-barang tertentu, kemudian menjualnya. Hasil pekerjaannya biasa ia sedekahkan kepada kaum fakir miskin. Rasulullah Saw memujinya dengan bersabda, “Zainab adalah orang yang paling panjang tangannya dalam memberi kebaikan kepada orang lain.”
Ia banyak bersedekah, sehingga ia mempunyai gelar Ma’wal Masakin yang berarti tempat perlindungan bagi orang-orang miskin. Sepeninggal Rasulullah Saw, Ia selalu mengenang ajaran Islam. Ia menjalankan segala perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya. Terkenal dengan kehidupannya yang sangat dermawan dan sederhana. SayyidatinaZainab juga dikenal sebagai orang yang sering berpuasa.
Suatu hari Sayyidatina Zainab menerima tunjangan dari pemerintah yang sangat banyak. Dengan segera ia meminta uang itu ditumpahkan di suatu tempat dan atasnya ditutup kain. Kemudian, uang itu dibagikan kepada keluarga lain hingga tersisa hanya 85 dirham. Ia pun berdo’a “Ya Allah, semoga tahun depan harta seperti ini tidak aku dapatkan lagi, karena kedatangannya menjadi fitnah begiku.” Namun sebelum ia menerima tunjangan tahun berikutnya, ia telah wafat.
Hal tersebut menunjukan betapa sederhana Ia menjalani hidupnya. Kesederhanaan itu terus dipegang teguh hingga Allah menempatkannya di surga. Bahkan ketika ia merasa ajalnya sudah dekat, ia menyiapkan kain kafan untuk dirinya sendiri. Pembaca muslimah, Inilah kisah sosok Ummum Mu’minin Zainabbinti Zahsy yang harus kita teladani dan ambil pelajaran darinya. WallahuA’lam bisshawab
*Penulis adalah alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, saatini menempuh studi Pascasarjana di IAIN Syehk Nurjati Cirebon.