tebuireng.online– Salah satu ihwal yang paling dinanti sekaligus dirindu saat ramadhan adalah berbuka puasa. Es blewah, es degan, es oyen, kurma, gorengan, sup ayam, bakso, pangsit dan seterusnya menjadi menu yang biasa dihidangkan oleh kaum muslim yang menjalankan puasa, setelah kurang lebih selama 13 jam menahan lapar dan dahaga dari sebelum subuh hingga adzan maghrib berkumandang. Tibalah saat adzan maghrib berkumandang, berbukua puasa.
Momen spesial puasa ini dimanfaatkan benar oleh pedagang kaki lima dan penyaji hidangan untuk menjual takjil berbuka. Seperti yang tampak di pelataran Pesantren Tebuireng setiap menjelang berbuka puasa. Hampir seluruh santri tumpah ruwah bak lautan manusia berbondong-bondong berburu takjil dan makanan berbuka. Mulai dari kudapan yang manis, asin, asam tersedia di bazar takjil di pelataran Pesantren Tebuireng. (30/06/2015)
Sekitar 30 pedagang kaki lima membuka lapak di dekat makam pesantren Tebuireng itu. Mereka sudah sibuk menyiapkan sajian sejak pukul 04.30 sore. Membuka bazar kuliner di pelataran dalam Pondok Pesantren Tebuireng sudah menjadi tradisi selama bulan Ramadhan berlangsung. Hal ini untuk menjaga ketertiban para santri agar tidak perlu keluar pondok untuk mencari takjil dan makanan berbuka puasa. Selain itu juga membantu para pedagang sekitar untuk mencari tambahan rizki menjelang lebaran.
Menurut sebagian santri, adanya bazar takjil semacam ini memberikan nuansa Ramadhan yang lebih kental. Walaupun sebenarnya makanan sudah disediakan oleh Jasa Boga Tebuireng, namun berburu makanan di Bazar Kuliner rupanya memuncurlkan kesan tersendiri bagi santri. Beberapa santri yang usai mengikuti pengajian ramadhan langsung memadati stand-stand bazar tahunan tersebut.
“Kalau ada bazar semacam ini kan serasa lebih berasa suasana ramadhannya. Lagi pula ndak ada orang jualan di pondok sebanyak ini kalau bukan pas ramadhan. Saya jadi lebih lahap ketika menyantap hidangan buka puasa karena menu yang disediakan bermacam-macam, mantap deh pokoknya”, ujar santri jangkung yang tidak bersedia menyebut identitasnya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Para pedagang merasa berkah bulan Ramadhan benar adanya. Sebab selama bazar resmi dibuka, hampir setiap hari jajanan yang mereka sediakan laris manis disantap oleh para santri. “Alhamdulillah mas, makanan yang saya jual laris manis.”, celetuk Abah Ugeng pedagang nasi saat diwawancara. Abah Ugeng juga mengaku, di bulan Ramadhan ini omsetnya naik dari pada ketika di bulan biasa.
Adapun time of sale (waktu berdagang) yang diizinkan oleh pihak pengurus pondok mulai dari pukul 16.00-23.00 WIB dini hari. Selama itu para santri bisa berburu makanan seperti sate, soto, bakso, kue, gorengan, dan lain sebagainya, serta minuman seperti es degan, es teler, Juz, dan lainnya. Bazar ini akan berlangsung hingga tanggal 03 Juli mendatang. Karena tanggal 04 Juni santri sudah memulai libur panjang lebaran. Ramadhan selalu memunculkan ide-ide baru termasuk kuliner di dalamnya. Ramadhan Mabruk. (MSP/abror)