Sebuah ilustrasi aktivitas dakwah. (sumber: Ist)

Belakangan ini seringkali kita mendengar sebuah ungkapan “soft spoken” yang teryata memiliki artian dari berbicara dengan lemah lembut, sopan dan halus. Mengutip dari media kumparan, bahwa istilah dari soft spoken memiliki artian sebagai seseorang yang berbicara dengan suara lembut atau ramah, halus, dan persuasif. Bahkan di dalam sebuah pembicaraan, mereka cenderung pasif dan tidak dominan.

Seseorang yang menggunakan soft spoken dalam berkomunikasi atau berbicara kepada siapapun lawan bicaranya, biasanya mencerminkan kepribadian yang tenang, dan juga mampu menciptakan kesan yang menyenangkan bagi orang lain. Kepribadian soft spoken juga cenderung mudah diterima karena mampu menjaga suasana tetap damai, bahkan pada situasi genting sekalipun. Tetapi, menjadi seorang soft spoken bukan berarti harus menekan pendapat atau selalu menghidari sebuah konflik tertentu.

Justru, tujuan dengan soft spoken itu sendiri dapat mengajarkan bagaimana seseorang menyampaikan pikiran dengan cara yang lebih menghargai orang lain. Melalui pendekatan yang lembut, komunikasi akan terasa lebih nyaman dan pesan pun lebih mudah diterima, kepada seseorang yang dituju.

Dalam berdakwah pun demikian, diperlukan sebuah konsep soft spoken, yakni lemah lembut dalam menyampaikan risalah-risalah keagamaan kepada pada mad’u (orang yang didakwahi) agar seorang mad’u memiliki alasan yang kuat dalam menerima dakwah. Dalam Al-Qur’an berdakwah secara lemah lembut (soft spoken) disebut juga dengan ucapan Qaulan Layyina yang dijelaskan dalam Al-Qur’an pada ayat Taha ayat: 44 yang berbunyi;

فَقُوْلَا لَه قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّه يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى

Artinya: “Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Dakwah adalah Misi Utama Para Nabi dan Rasul

Adapaun berdasarkan dari tafsir At-Thobari Allah berfirman kepada Musa dan Harun: “Katakanlah kepada Fir’aun dengan kata-kata yang lemah lembut.” Diketahui bahwa kata-kata lemah lembut yang diperintahkan Allah untuk mereka sampaikan kepada Fir’aun adalah dengan merendahkan diri di hadapannya.

وَقِيلَ: بَيَّنَ بِهَذَا أَنَّهُ لَا يَكْفِي ذَهَابُ أَحَدِهِمَا. وَقِيلَ: الْأَوَّلُ أَمْرٌ بِالذَّهَابِ إِلَى كُلِّ النَّاسِ، وَالثَّانِي بِالذَّهَابِ إِلَى فِرْعَوْنَ. الثَّانِيَةُ- فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: (فَقُولا لَهُ قَوْلًا لَيِّناً) ٢٠: ٤٤ دَلِيلٌ عَلَى جَوَازِ الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيِ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَأَنَّ ذَلِكَ يَكُونُ بِاللَّيِّنِ مِنَ الْقَوْلِ لِمَنْ مَعَهُ الْقُوَّةُ، وَضُمِنَتْ لَهُ الْعِصْمَةُ، أَلَا تَرَاهُ قَالَ:” فَقُولا لَهُ قَوْلًا لَيِّناً ٢٠: ٤٤” وَقَالَ:” لَا تَخافا إِنَّنِي مَعَكُما أَسْمَعُ وَأَرى ٢٠: ٤٦” [طه: ٤٦] فَكَيْفَ بِنَا فَنَحْنُ أَوْلَى بِذَلِكَ. وَحِينَئِذٍ يَحْصُلُ الآمر أو الناهي على مرغوبة، ويظفر بمطلوبه، وهذا واضح.

“Dikatakan: Hal ini menunjukkan bahwa tidaklah cukup jika salah satu dari mereka pergi. Dikatakan: Yang pertama adalah perintah untuk ditujukan kepada seluruh umat, dan yang kedua adalah untuk menemui Firaun. Yang kedua, dalam firman Yang Maha Kuasa: (Dan ucapkanlah kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut) 20:44 adalah bukti diperbolehkannya amar ma’ruf dan melarang apa yang munkar, dan hal itu dilakukan dengan lemah lembut dalam ucapannya adalah bagi orang yang mempunyai kuasa dan terjamin kesempurnaannya. Tidakkah kamu melihat bahwa dia berkata: “Maka bicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut. 20:44 Dan dia berkata: “Jangan takut, karena Aku menyertai kamu, mendengar dan melihat.” 20:46 [Taha: 46] Lalu bagaimana dengan kita? Kita lebih layak untuk itu. Maka orang yang memerintahkan atau melarang, mendapatkan apa yang dikehendakinya dan mencapai apa yang dikehendakinya, dan ini sudah jelas.”

Sebaliknya, dakwah yang dilakukan dengan kasar dan keras (tidak dengan soft spoken) justru akan mengakibatkan orang lain sakit hati. Karena takala seseorang tersebut sakit hati bukannya akan mendekat malah menjauh. Sehingga objektif/tujuan dakwah tidak tercapai. Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 159:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Baca Juga: Semangat Dakwah, Santri Harus Paham Literasi Digital

Dengan kelembutan serta memberikan kabar gembira akan menjadi motivasi masyarakat untuk meraih kebaikan. Sehingga ketika berdakwah mestinya diutamakan memberikan kabar gembira, bukan justru malahan banyak menakut-nakuti. Selerasa akan hal tersebut Rasulullah SAW berpesan  kepada salah seorang sahabat yang Bernama Muadz bin Jabal dan Abu Musa ketika Rasul mengutus mereka berdua ke Yaman.

يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا وَتَطَاوَعَا وَلَا تَخْتَلِفَا

Artinya, “Mudahkanlah, janganlah mempersulit, gembirakanlah dan jangan membikin manusia lari (dari kebenaran) dan saling membantulah (dalam melaksanakan tugas) dan jangan berselisih” (HR Imam Al-Bukhari)

Dakwah dengan kelembutan serta mempermudah dan menggembirakan insyaa Allah akan mudah diterima masyarakat, dan ini merupakan pesan Nabi kita yang mulia. Mari bedakwah dengan lembut dan beragama dengan gembira. Seseungguhnya Allah SWT Maha Lembut dan mencintai kelembutan.



Penulis: Dimas Setyawan, Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.