sumber gambar: www.google.com

Oleh: Tika Herlina*

Balas dendam adalah salah satu hal yang hampir ingin dilakukan oleh semua orang. Seperti membalas kata-kata atau bahkan sampai melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Walaupun balas dendam itu terasa meyenangkan, bagi sebagaian orang karena merasa puas dan terbalas, namun ketika melakukan balas dendam terhadap orang lain dan orang itu sendiri akan berbalik membalasnya terhadap kita dan seterusnya, ini menjadi sebuah perbuatan negatif yang tidak akan menemukan ujungnya.

Ketika ingin membalas dendam, cobalah untuk menghitung berapa lama waktu yang dihabiskan untuk memikirkan semua rencana jahat dan berbagai hal jahat yang akan dilakukan. Hal ini akan merusak pikiran sekaligus merasuki untuk menjadi orang pendendam. Aksi balas dendam kerap berakhir menyakitkan dan berujung pada penyesalan. Namun, ada beberapa orang yang mengatakan bahwa akan ada perasaan lega dalam diri pelaku akibat sakit hati yng sudah menumpuk sejak lama dan akhirnya bisa terluapkan.

Keinginan untuk melakukan balas dendam biasanya muncul karena adanya kemarahan yang ada didalam diri. Manifestasi dari sebuah kemarahan bisa berupa rasa sakit hati, kesal, perlakuan yang tidak sopan, bahkan sedih. Sakit hati biasanya muncul karena seseorang mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai dengan harapannya atau rasa tidak terima atas kehilangan seseorang yang begitu penting. Sehingga merasa perlu untuk membalasnya agara merasa setara. Maka bisa dilihat, sakit hati muncul karena memberikan porsi kepada ego. Ego yang tidak sebanding dengan kepercayaan diri yang sudah terbentuk dalam diri sehingga mendorong dalam melakukan balas dendam.

Banyak sekali perseteruan yang berawal dari balas dendam, contohnya yang sedang hangat diperbincangkan dalam Indonesia maupun Luar Negeri, di dunia maya sekaligus dunia nyata sedang banyak dibicarakan yaitu permasalahan antara Iran dan Amerika Serikat. Perseteruan yang diawali dengan kematian jenderal Iran (Jenderal Qasem soelimani) yang dibunuh karena peluru kendali (Rudal) dari Amerika Serikat. Mengakibatkan murkanya masyarakat Iran yang merasa tidak terima atas kematian jenderalnya. Hal inilah yang mencetuskan balas dendam antara Iran ke Amerika Seikat. Masalah ini akan terus berlanjut ketika semua orang akan megikuti egonya untuk melakukan balas dendam.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dari perseteruan antara Iran dan Amerika Serikat, kita semua bisa memetik pelajaran bahwasanya tidak akan ada permusuhan ketika bisa menjalin silaturahmi dengan baik sesama manusia, suku, ras, bahkan antar negara. Tidak mementingkan egonya bisa memanusiakan manusia, saling menghormati serta menghargai, itu semua mungkin akan bisa menghindari kita dari perpecahan atau sebuah permusuhan yang bisa menjerumuskan seseorang tehadap perilaku balas dendam.

Harus bisa memanusiakan manusia, jangan sampai ada permusuhan yang berakibat saling membunuh satu sama lain, saya ingat kata-kata dari Gus Mus, “tetaplah menjadi manusia. Mengertilah manusia. Manusiakanlah manusia, sebab Tuhan sangat memuliakan manusia.Semoga semua permasalahan atau pertikaian yang sedang terjadi bisa terselesaikan secara damai tanpa menimbulkan korban-korban selanjutnya. Mari bergandeng tangan mendamaikan dunia dengan belajar memaafkan dan saling menghormati satu sama lain.

*Mahasiswa PGSD Unhasy Tebuireng Jombang.