Tebuireng.online– Alissa Wahid, salah satu putri KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berbicara soal peran dzurriyah Hadratussyaikh dalam menjaga keIndonesiaan dan keIslaman. Ini disampaikan dalam seminar nasional memperingati haul KH. Salahuddin Wahid, Sabtu (6/2/21).

Putri sulung Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid ini, memulai materi seminar dengan sebuah pertanyaan, “bagaimana kah kiprah dzurriyah setelah wafatnya Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari?”

Bagi Alissa Wahid, menjadi dzurriyah sebenarnya merupakan sebuah beban. Menurutnya, hal itu memiliki tuntutan untuk tidak melupakan Hadratussyaikh, yang mana telah memberikan teladan bagi para dzurriyah dan bahkan seluruh umat Islam.

“Hadratussyaikh telah memberikan teladan dalam bentuk karakter, pemikiran, dan pergerakan,” ungkapnya. Karakter yang dibangun Hadratussyaikh terdiri dari lima nilai utama, yaitu jujur, ikhlas, kerja keras, tanggung jawab, dan tasamuh.

“Konteks karakter dan nilai utama yaitu jujur, ikhlas, kerja keras, tanggung jawab, dan tasamuh itu menjadi nilai utama di Pesantren Tebuireng,” ungkapnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Adapun tauladan selanjutnya dari Hadratussyaikh, menurut Alissa adalah tentang pemikiran. Hal inilah yamg kemudian menjadi bagian yang harus dilanjutkan oleh para dzurriyah Hadratussyaikh.

“Hadratussyaikh melihat manusia dengan utuh tanpa memandang sebelah mata. Misalnya memberikan ruang bagi perempuan untuk berkiprah seperti anak beliau Nyai Khoiriyah Hasyim yang memdirikan pondok sendiri dan Nyai Solichah Wahid yang pada saat itu adalah menantu beliau diizinkan untuk turut berkiprah dalam serangan gerilya,” tuturnya.

Dalam seminar nasional yang diadakan oleh Tebuireng Inisiasi itu, Alissa Wahid berpesan agar bangsa tidak mempermasalahkan tentang keislaman dan keindonesiaan.

Baginya keislaman dan keindonesiaan adalah hal yang memang harus dipadukan untuk mencapai bangsa yang bersatu.

“Tidak harus memilih untuk menjadi Islam atau Indonesia. Dua-duanya sama-sama memperkuat, Indonesia menjadi model bagi dunia bahwa Islam dan negara dapat saling menerima.” tutupnya.

Pewarta: Rizka/Devi