Santri baru saat kegiatan MOSBA di Serambi Masjid Tebuireng

Tebuireng.online— Banyak orang tua yang mempercayakan anaknya untuk menimba ilmu di pondok pesantren. Mereka datang dari berbagai daerah ke pesantren untuk menetap beberapa tahun lamanya. Salah satunya, yaitu Pesantren Tebuireng yang merupakan salah satu pesantren yang masyhur  di Indonesia, terlebih sebab didirikan oleh ulama kharismatik dan pendiri NU, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

Santri yang dating ke Tebuireng berasal dari daerah-daerah di Indonesia. Setiap tahunnya ribuan calon santri rela bersaing untuk bisa belajar di pesantren yang kini diasuh oleh KH. Salahuddih Wahid atau Gus Sholah itu. Sejak 15 Juli, mereka yang lolos sudah mulai aktif menjadi santri Tebuireng dengan berbagai kegiatan sehari-harinya.

Namun, apa sebenarnya yang menggerakkan mereka untuk memilih Tebuireng. Ada beberapa alasan mereka memilih Pesantren Tebuireng sebagai tempat mondoknya. Inilah wawancara wartawan Tebuireng.online kepada 7 santri baru Pesantren Tebuireng tentang alasannya ingin masuk di Tebuireng.

Santri asal Sulawesi Barat, Ahmad Abdi Kurniawan. Ia memilih bersekolah di unit MA Salafiyyah Syafi’iyah Tebuireng. Ia mengutarakan alasannya memilih Tebuireng karena ingin belajar ilmu agama dan bisa membaca kitab. “Ingin belajar ilmu agama dan membaca kitab,” ujarnya.

Berbeda lagi dengan teman satu sekolahnya, Rama Bhakti dari Bandung yang menjawab bahwa ia nyantri di Tebuireng agar mendapatkan barokah dan ilmu yang manfaat. “Ingin mencari keberkahan dan ilmu yang bermanfaat.” Ia menyebut bahwa Tebuireng itu mbarokahi (mengandung barokah) sebab para masyayikhnya, terutama Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

 Santri asal Jambi bernama Syamsul Mu’arif berharap dengan belajar di Pesantren Tebuireng ia bisa membanggakan orang tua dengan berbagai capaian keilmuan yang ia bisa dapatkan. Ia percaya bahwa Tebuireng bisa membawanya menuju ilmu yang barokah dan manfaat, sehingga membanggakan orang tuanya.

Kemudian, salah satu santri baru unit SMP A. Wahid Hasyim, Rifqi Abidi Ridlo asal sidoarjo, bahwa ia ingin menghafal Al Quran dan mandiri. “Ingin mandiri, menghafal Al Qur’an dan bisa baca kitab kuning,” tandasnya.

Alasan yang sama juga diutarakan oleh santri SMP A. Wahid Hasyim yang lainnya, Zamzah Zhuhairudin Anas dari Tuban. ia mengaku ingin belajar agama di Tebuireng yang sering ia kunjungi sebelum mondok dulu. “Ingin belajar agama dan memang sering berkunjung ke sini,” terangnya.

Salah satu santri baru unit MTs Salafiyyah Syafi’iyyah, Alwa Suryo Saputro menjelaskan bahwa alasannya masuk Tebuireng karena terinspirasi dengan sosok Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, terlebih setelah ia menonton film “Sang Kiai” produksi Rapi Film pada 2013 lalu. “Karena ilmunya banyak dan terkesan sama KH. Hasyim Asy’ari pas nonton film Sang Kiai,” kata santri asal Jakarta Timur itu.

Berbeda dengan temannya bernama Jaro Atal asal Blitar bahwa ia memilih mondok di Tebuireng agar tidak sering pulag. “Mondoknya jauh, biar nggak pulang-pulang,” terangnya.

Demikian wawancara wartawan Tebuireng.online kepada 7 santri baru Pesantren Tebuireng ketika mereka ditanya, “Mengapa memilih mondok di Pesantren Tebuireng?” sebagai alasan mereka menimba ilmu di pesantren berbasis NU ini.


Pewarta:            Seto Galih

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin