KH. Abdul Nashir Fattah, Rais Syuriah Pengurus Cabang NU Jombang, memberi keterangan terkait melaksanakan salat gerhana setelah salat Subuh.

Tebuireng.online— Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang, Jawa Timur KH. Abdul Nashir Fattah menjelaskan tentang bolehnya salat gerhana setelah melakukan salat fardlu subuh. Baik gerhana matahari maupun gerhana bulan.

Hal ini guna menjawab keresahan masyarakat saat terjadi gerhana bulan yang cukup lama pada Rabu (17/7/19). Awal gerhana pukul 03.03.04 WIB dan akhir gerhana pada pukul 06.01.15 WIB. Salat gerhana dilakukan setelah subuh agar jamaah salat gerhana bisa berjumlah banyak. Alasan lainnya yaitu bila dilakukan secara sendiri-sendiri maka banyak jamaah yang tidak bisa melakukan salat gerhana.

“Boleh, boleh. Tidak apa-apa,” katanya, Rabu (17/7).

Kebingungan ini muncul karena dalam hari-hari biasa umat Islam dilarang melakukan salat sunat setelah salat subuh. Sehingga dalam praktik ibadah sehari-hari tidak ada istilah salat ba’diah subuh.

“Usai salat Subuh memang waktu haram salat. Namun keharaman itu tidak berlaku untuk salat yang memiliki sebab,” tambahnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Secara lebih rinci Wakil Ketua PCNU Jombang, Kiai Amirul Arifin menjelaskan alasannya tidak ada keharaman salat gerhana setelah salat subuh dikarenakan solat gerhana termasuk salat sunah yang ada sebabnya. Yakni karena adanya peristiwa alam yakni gerhana.

“Maka boleh melaksanakan salat gerhana usai salat Subuh,” tegasnya.

Dikatakanya, salat itu termasuk doa. Dan salah satu waktu yang bagus untuk berdoa yaitu ada gerhana.

“Perlu diingat waktu mustajabah dalam berdoa diantaranya yakni saat adanya peristiwa alam, gerhana, yang menunjukkan kebesaran Allah, maka dikabulkan oleh Allah doa para hamba-Nya,” ujar Kiai Arifin.

Menurutnya, pada setiap peristiwa alam ada tanda-tanda kebesaran Allah. Karena itulah menjadi waktu yang mustajabah untuk berdoa. Bahkan di zaman dahulu saat terjadi gerhana maka anak-anak kecil dibangunkan disuruh bergelantungan di tempat tinggi agar badannya tumbuh tinggi.

“Yang melakukan ya otomatis menjadi kenyataan. Karena itu termasuk doa. Dan karena pada waktu mustajabah, maka dikabulkan oleh Allah,” jelasnya.

Ada juga kebiasaan masyarakat lain, seperti saat terjadi gerhana biasanya orang hamil disuruh mengadakan syukuran kecil-kecilan (bancaan) agar kandungannya selamat. Yang melakukan sering menyaksikan doanya menjadi kenyataan.

“Saat gerhana pemperbanyak doa untuk kebaikan diri, keluarga, keturunan, lingkungan, bangsa dan negara serta seluruh umat Nabi Muhammad sollallahu alaihi wa sallam,” tandasnya.

Pewarta : Syarif Abdurrahman

Publisher: RZ