Beberapa santri Trensains tampak mengamati gerhana bulan, Rabu (17/7/19) di halaman Pesantren Tebuireng 2. (Foto: dokumentasi Trensains)

Tebuireng.online– Santri SMA Trensains Tebuireng melakukan pengamatan fenomena gerhana bulan dan salat gerhana sebagai salah satu mata kajian dalam AAS (Ayat-Ayat Semesta) pada Rabu (17/7/19).

Fenomena gerhana merupakan salah satu objek kajian ketrensainan. Nalar berpikir santri diasah melalui pemahaman wahyu, dikuatkan sainsnya, dan nalar matematiknya dalam rangka mencari jawaban fenomena alam yang ada. 

Dalam sistem pendidikan berbasis trensains, aktivitas-aktivitas pengamatan yang berkaitan dengan laboratorium AAS merupakan hal yang wajib dirancang oleh sekolah dan menjadi aktivitas keseharian santri.

Pengamatan gerhana bulan, pengamatan terhadap bulan purnama, menghitung jari-jari bumi, dan menentukan arah kiblat merupakan sebagian aktivitas yang ada dalam laboratorium AAS. 

Gerhana bulan merupakan salah satu kebesaran Allah SWT yang wajib dikaji oleh santri Trensains dalam rangka untuk mengungkap rahasia-rahasia Ilahi. Dengan menggunakan teleskop, para santri sangat antusias mengamati fenomena gerhana yang terjadi pada Rabu (17/07/19) dini hari.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kali ini, para santriwati mendapat giliran untuk menggunakan alat tersebut terlebih dahulu daripada santri putra, yaitu pada pukul 03.30-04.00 Wib yang kemudian dilanjutkan oleh para santriwan hingga menjelang waktu subuh.

Setelah pengamatan dirasa cukup, aktivitas tersebut dilanjutkan dengan ibadah salat subuh, sedangkan salat gerhana dilakukan pada pukul 05.10 Wib. Aktivitas salat gerhana ini dilangsungkan di masjid Salahudin Al-Ayubi Pesantren Tebuireng 2, berikut rangkaian khutbahnya.

“Orang memikirkan alam itu lebih baik. Dengan demikian akal dapat digunakan dengan benar tidak menyamai hewan. Jika tidak maka lebih buruk darinya,” ungkap Ustadz Umbaran yang bertindak sebagai khotib sekaligus imam salat.

Dalam kesempatan itu, Ustadz Umbaran juga menjelaskan mengenai manusia yang berpikir tentang alam sehingga manusia memerhatikan alam. Namun manusia memiliki pikiran yang terbatas, untuk itu tidak diperbolehkan memikirkan dzat-Nya Allah SWT. Maka sebagai umat muslim, para santri cukup mengamati ciptaan-Nya saja dengan segala fenomenanya, termasuk gerhana bulan yang terjadi saat ini.

Kegiatan pengamatan ini bukan kali pertama dilakukan oleh santri Trensains, sebelumnya pada tanggal 28 Juli 2018 lalu para santri juga melakukan hal yang sama.

“Pada teleskop bulan akan terlihat lebih jelas dan memiliki tekstur yang kasar. Tetapi, jika dilihat dengan mata telanjang tidak sejelas itu, ” tutur Syifa kelas XI.

Berbeda dari sebelumnya, pengamatan gerhana bulan kali ini dipimpin oleh Ustadz Fachri, sedangkan pada pengamatan yang lalu dipimpin oleh ustadz Tendika. Sebelum pengamatan gerhana bulan, para santri mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh pengagas Trensains, KH. Agus Purwanto.

Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk memfasilitasi para santri SMA Trensains Tebuireng untuk memahami objek kajian Trensains yang menempatkan wahyu sebagai konstruksi dalam pengembangan sains dan dalam setiap aktivitas pembelajaran.  

Selain itu, kegiatan ini juga memberikan penguatan santri terhadap konsep-konsep yang diterima santri pada pelajaran Astrofisika, tidak hanya teori, namun juga praktik. Tidak hanya sains melainkan juga ilmu agama.

Pewarta: Hayah / Ila

Publisher: RZ