Tebuireng.online- Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng bersama Institut Leimena Jakarta gandeng Badan Wakaf Tebuireng gelar Internasional Seminar And Call For Paper dengan tema “Actualizing ‘Rahmatan lil ‘Alamin’ Trough Cross-Cultural Religius Literacy Forum” pada Sabtu (18/11/2023) di aula lantai 3 gedung Yusuf Hasyim Tebuireng.

Diawali sambutan oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) dan Ketua Badan Wakaf Tebuireng KH. Abdul Halim Mahfudz (Gus Halim), narasumber dalam seminar ini ialah Prof. Dr. H. Haris Supratno dari Indonesia, Prof Dr. W. Cole Durham, JR. dari USA, Prof. Dr. Sulaiman Hasan Sulaiman dari Libya, dan Prof. Dr. Faisol Mahmoud Adam Ibrahim dari Sudan.

Dalam sambutannya, Prof. Haris menyampaikan bahwa acara ini merupakan salah satu bentuk realisasi dari MoU antara Unhasy dengan Institut Leimina Jakarta, yang mana beliau beberapa hari yang lalu juga menghadiri seminar di Institut Leimena.

“Di tanggal 13-14 November kami pihak Unhasy juga menghadiri seminar yang digelar oleh Institut Leimena di Jakarta dengan tema tidak jauh berbeda dengan tema yang sekarang ini,” ungkapnya.

Selanjutnya, materi oleh dosen Pendidikan Bahasa Arab UIN Malik Ibrahim Malang Prof. Dr. Faisol Mahmoud Adam Ibrahim. Ia mengatakan, belajar budaya diawali dari orang tua, karena orang tua adalah tempat belajar pertama. Sebagaimana baik buruknya keluarga adalah dari orang tua. Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa kita harus mendidik anak dengan tradisi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Jangan sampai anak kita lepas dari tradisi, apalagi mengikuti tradisi dari luar,” pesannya di hadapan ratusan peserta seminar.

Pendidikan orang tua, menurutnya, adalah wasilah bagi anak, baik ucapan maupun tingkah laku. Ia juga mengingatkan pada kita bahwa untuk membangun pondasi negara yakni dengan membangun karakter masyarakatnya.

“Untuk membangun pondasi negara, anak jangan dikasih materi saja, tapi bangun karakter mereka!” tegasnya.

Prof Dr. W. Cole Durham dalam pemaparan materinya menjelaskan G20. Yang mana tujuan dari G20 tidak lain yakni entas kemiskinan, krisis makanan, dan juga meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, ia juga memberikan apresiasi pada Indonesia yang menjadi anggota satu-satunya dari ASEAN yang bergabung dengan G20.

Di samping itu, ia juga menjelaskan pentingnya belajar Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB), yakni tidak lain agar kita dapat memahami bagaimana cara menghargai budaya orang lain.

“Terdapat 3 hal penting jika membahas LKLB, yakni Pendidikan, Pendidikan, dan Pendidikan,” ujarnya.

Ia juga menyebutkan peran besar pendidikan, terutama pendidikan bagi seorang wanita yang akan mendidik dan memberikan edukasi bagi putra putri mereka.

Seminar ini dihadiri oleh Matius Ho, selaku direktur Eksekutif Institut Leimena Jakarta, jajaran Warek Unhasy, Kaprodi, dosen Unhasy, serta ratusan mahasiswa Unhasy.

Baca Juga: Seminar Internasional “Sumbangsih Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari Terhadap Umat Islam”


Pewarta: Ilvi Mariana