Seminar Nasional dalam rangkaian acara peringatan Resolusi Jihad di Pesantren Tebuireng.

Tebuireng.online– Dr. H. Abdul Latif Bustami, penulis buku ‘Resolusi Jihad Perjuangan Ulama dari Menegakkan Agama hingga Negara’ mengungkapkan dalam seminar “Otoritas Religius KH Muhammad Hasyim Asy’ari sebagai Faktor Kunci Suksesi Fatwa dan Resolusi Jihad”, bahwa gagasan-gagasan KH. M. Hasyim Asy’ari tidak hanya dalam tulisan, namun juga diaktulisasikan dengan gerakan-gerakan, termasuk NU.

“Kita selama 70 tahun umat Islam pingsan tentang Resolusi Jihad. Saya meneliti selama lima tahun di Surabaya tentang Resolusi Jihad tidak ada satupun bukti sejarah yang terdokumentasi. Sejarah Nasional itu, penjelasan resolusi jihad itu dalam satu alenia saja,” ungkap Dr. Abdul Latif di podium seminar, (21/10).

Pengertian resolusi jihad hanya 1 paragraf, lanjutnya, orang yang bisa memertahankan kemerdekaan dengan kematian bukan hal yang mudah. Kalau ada resolusi maka orang akan siap seperti mati syahid.

Beliau juga memaparkan bahwa ensiklopedia Indonesia tidak memunculkan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Justru yang mucul adalah PKI. Hal ini dikarenakan Bagian yang menulis Hadratussyaikh tidak menyerahkan laporannya, sehingga tidak adanya tokoh Islam yang masuk dalam ensiklopedia.

Abdul Latif Bustami juga melontarkan pertanyaan bagaimana pengaruh Resolusi Jihad secara Nasional khususnya di daerah Sumatera, Kebumen. Karena seringkali tradisi kita adalah tradisi lisan, sehingga sangat rawan hilang.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Apa pengaruh Resolusi Jihad itu secara Nasional. Bagaimana jihadnya Sumatera, Kebumen. Karena seringkali tradisi kita adalah tradisi lisan. Sekarang ini tulisan sejarah tentang G30S/PKI kata PKI sudah dihilangkan,” tambah peneliti kelahiran Sumenep itu.

Ia meyakini ada kehebatan luar biasa dari Hadratussyaikh sehingga dapat memengaruhi banyak pikiran orang-orang di luar. 1934 sudah memikirkan negara muktamar di Banjarmasin. Guinsekan adalah kumpulan orang-orang Dai Nippon berpengaruh di Jawa, Hadratussyaikh tertulis sebagai Guru Agama. Bahkan pihak belanda dan jepang mengenal kh. hasyim sebagai guru di Indonesia. Bung Tomo pun sering sowan ke Hasyim Asy’ari.

“Sebenarnya beliau ditawarkan oleh Nippon menjadi presiden, namun beliau menolaknya. Anaknya, Wahid juga menolak hal tersebut. Sebab itu persoalan negara, beliau tidak menggadaikan otoritas religiusnya untuk negara,” terusnya.

Dalam kesempatan forum ilmiah itu juga, Dr. Abdul Latif Bustami sempat menyampaikan kalimat yang dikutip dari tokoh Kuntowijoyo, “jangan salahkan sejarah Nasional Indonesia, kalau umat Islam tidak menulis,” tutupnya.

Pewarta: Ilvi Mariana