sumber ilustrasi: Iqra.id

Islam merupakan agama yang damai dan membawa kedamaian serta memperbaiki kehidupan di bumi ini. Salah satu sifat yang sangat dilarang oleh agama Islam adalah tindakan provokatif (namimah/adu domba), sehingga seorang provokator tidak boleh kita percayai kata-katanya dan tidak boleh membenarkan dirinya. Sebab dibalik perbuatannya terdapat sebuah tipu daya, pengkhianatan dan mengacau kedamaian antar sesama. Berikut terdapat kisah penuh hikmah mengenai karma seseorang yang berbuat provokatif.

Ada seorang laki-laki yang menjadi penasihat seorang raja masuk ke tempat singgasana rajanya. Kemudian ia berdiri menghadap raja tersebut seraya berkata:

“Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat baik karena perbuatan baiknya! Sebab orang yang berbuat jahat akan terbalas oleh kejelekannya sendiri.

Di dunia ini, di mana ada orang baik disitu pasti ada orang jahat. Hal ini terjadi pada perjalanan hidup sang penasihat raja tersebut. Dalam kerajaan tersebut ada pegawai kerajaan yang iri dan dengki kepada penasehat dikarenakan kedekatannya dengan sang raja. Sehingga timbul di benak pegawai untuk menyusun strategi guna melengserkan sang penasihat. Lantas pegawai mempengaruhi raja dengan mengujar kebencian dan fitnah yang ditujukan kepada penasihat raja, seraya berkata:

“Wahai raja! Penasihat yang sering memberikan naiehat kepadamu mengatakan bahwa dirimu bacin bau mulutnya”.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Bagaimana aku dapat membenarkan perkataanmu?” Sang raja bertanya.

“Caranya, panggil dia untuk menghadap kepadamu. Apabila ia mendekatimu maka ia akan meletakkan tangannya pada hidungnya, supaya ia tidak mencium bau busuk kepadamu”. Jelas sang pegawai.

“Pergilah hingga aku dapat melihat kebenaran yang kau katakan!” Perintah sang raja.

Sang pegawai kemudian pergi dari hadapan raja.  Pada malam harinya, penasihat diundang untuk makan malam di rumah pegawai. Sesampai di rumah pegawai, penasihat dijamu berbagai makanan yang menyebabkan berbagai mulut tak sedap. Singkat cerita, esok harinya penasihat bergegas pergi menghadap raja guna memberikan nasihat sebagaimana biasanya:

“Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat baik karena perbuatan baiknya! Sebab orang yang berbuat jahat akan terbalas oleh kejelekannya sendiri” ungkap penasihat.

“Mendekatlah kepadaku!” pinta sang raja

Penasihat lalu mendekati raja dengan meletakkan tangannya pada mulutnya, karena takut tercium oleh raja bau mulutnya yang tak sedap darinya karena makanan yang telah dimakan tadi malam. Melihat tingkah penasihatnya demikian, maka raja berkata:

“Aku tidak melihat orang yang membawa laporan, melainkan apa yang dikatakannya adalah benar.

Sang raja kemudian menulis sepucuk surat untuk penasihat tersebut agar surat itu dibawanya kepada prajurit raja yang bertugas sebagai algojo. Surat tersebut berisikan:

“Apabila telah sampai kepadamu orang yang membawa suratku ini maka sembelihlah dan kupaslah kulitnya! Isilah kulitnya dengan jerami kemudian kirimkan kulitya kepadaku.”

Di tengah perjalanan saat penasihat akan memberikan suratnya ke algojo, ia bertemu pegawai yang telah memfitnahnya, pegawai tersebut bertanya:

“Apa yang kamu bawa ini?”

“Tulisan raja untukku dengan suatu pemberian,” jawab penasihat.

“Berikan saja surat ini kepadaku!” pinta pegawai yang memfitnah penasihat.

Tanpa merasa keberatan, sang penasihat lantas memberikan suratnya kepada pegawai tersebut. Singkat cerita, surat tersebut kemudian diambil oleh pegawai dan dibawanya kepada algojo. Sesampai di tempat algojo, kemudian algojo menjelaskan isi suratnya:

“Dalam surat ini, tertulis perintah supaya aku menyembelihmu dan mengupas kulitmu.”

“Surat ini bukan untukku! Demi Allah, surat ini bukan untukku! Alangkah baiknya jika engkau meminta pada raja supaya surat itu ditinjau kembali,” pinta pegawai.

“Tidak ada peninjauan untuk surat raja,” tegas algojo.

Sesuai perintah yang tertulis, algojo kemudian menyembelih pegawai terebut, mengupas kulitnya kemudian mengisi kulitnya dengan jerami. Setelah itu dikirimkannya kepada raja. Esok harinya seperti biasa, penasihat menjalankan tugasnya dengan memberikan nasihat kepada raja dengan kalimat yang sama. Melihat penasihat masih hidup, sang raja pun heran kemudian bertanya:

“Apa yang terjadi dengan surat itu?”

“Si Fulan bertemu denganku lalu surat itu dimintanya maka aku berikan surat itu kepadanya,” ungkap penasihat.

“Si Fulan yang kau temui itu, sebelumnya menerangkan kepadaku bahwa engkau menuduh mulutku busuk berbau,” sang raja menjelaskan.

“Tidak pernah aku berkata demikian,” penasihat tersebut meyakinkan.

“Kalau tidak benar, mengapa engkau meletakkan tangan pada mulutmu?” tanya sang raja.

“Karena si Fulan telah memberikan makanan yang menyebabkan mulutku berbau, sementara aku tidak suka engkau menciumnya,” papar penasihat.

“Benar sekali dirimu bahwa orang yang berbuat jahat akan terbalas oleh perbuatan jahatnya sendiri.

Semoga kisah ini menginspirasi bagi kita untuk selalu berbagi/berbuat baik dan semoga kita senantiasa diberi perlindungan oleh Allah dari perbuatan jahat. Aamiin.

*Disarikan dari buku intisari nasihat Imam Al-Ghazali dari kitab Ikhya’ Ulumuddin.

**Ditulis ulang oleh: Izzatul Mufidati