ilustrasi: tebuirengonline

Oleh: Dimas Setyawan*

Pada Oktober 1945, saat kemerdekaan Indonesia masih seumur jagung, penjajah enggan pergi dari Tanah Air dan masih ingin menacapkan cakarnya. Namun, perlawan datang dari kelompok santri, yang dipimpin Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari selaku pendiri Nahdlatul Ulama.

22 Oktober 1945, Kiai Hasyim mengumpulkan konsul-konsul NU dari seluruh Jawa dan Madura. Ia mengajak untuk menyusun sebuah perang perlawanan terhadap penjajah, lalu menetapkan sebuah keputusan yang kini dikenal sebagai Resolusi Jihad.

Dan berikut ini, 5 fakta di balik Resolusi Jihad yang digagas oleh Kiai Hasyim Asy’ari, sang pahlawan kemerdekaan RI.

  1. Isi Resolusi Jihad

Dalam keputusan yang diberi nama Resolusi Jihad Fii Sabilillah tersebut, isinya memuat sebuah amanah;

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja)”

  • Resolusi Jihad yang Menggemparkan Surabaya

Setelah resolusi itu dikumandangkan, kabarnya tersiar hingga ke sudut-sudut kota Surabaya sebagai medan tempur. Dari masjid ke masjid, resolusi tersebut terus disuarakan, yang membuat rakyat Surabaya menemukan kekuatan baru untuk melawan penjajah.

  • Sempat Diremehkan

Setelah Jepang angkat kaki dari Indonesia pada Agustus 1945, perang dianggap usai. Sehingga, terbitnya Resolusi Jihad dari KH. Hasyim Asyari dianggap mengada-ada oleh para petinggi negara di Jakarta. Namun, apa yang dikhawatirkan benar-benar terjadi, pada 25 Oktober 1945 pasukan Inggris benar-benar mendarat di Surabaya.

  • Resolusi Jihad dan Bung Tomo

Sehari setelah Resolusi Jihad diterbitkan, Bung Tomo naik ke podium, membacakan resolusi tersebut dan menyampaikan pidatonya yang melegenda untuk membakar semangat rakyat Surabaya menentang kedatangan pasukan sekutu.

  • Hari Santri

Presiden Joko Widodo meresmikan tanggal 22 Oktober sebagai peringatan Hari Santri, merujuk pada tanggal diterbitkannya Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945.

*Alumni Mahad Aly Tebuireng.