Oleh: KH. Mustaqim Askan
الحمدُ لِلّهِ الذِي خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ فِیۤ أَحۡسَنِ تَقۡوِیمࣲ والذِي َهَدَانَا لِطَرِيْقِ القَوِيْمِ وَفقَّهَنَا فِي دِيْنِ المُسْتَقِيْمِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوْصِلُوْنَ بِهَا الَى جَنَّةِ النَعِيْمِ وَتَكُوْنَ سَبَبًا لِنَظْرِ وَجْهِهِ الكَرِيْمِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ النَبِيُّ الرَّؤَوْرُ الرَحِيْمُ
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم وَبَارِك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ إَلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَمَّا بَعْدُ اُوْصِي نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
Jamaah Jum’at yang Berbahagia
Sebagai khatib, saya mengingatkan diri saya sendiri agar senantiasa kualitas takwa dan keimanan kita bersama. Dalam hal ketakwaan ini mari kita kembali bersama untuk muhasabah, mengevaluasi, mengoreksi, dan meneliti terhadap apa yang kita lakukan. Mana yang menjadi investasi kebaikan dan mana pula yang perlu perbaikan. Sehingga kita lebih bisa menyempurnakan ibadah. Melakukan mana yang pantas dan mana pula yang harus kita sempurnakan. Semoga kita senantiasa dalam ridha Allah.
Jamaah Jum’at yang Berbahagia
Melihat situasi sekarang khsusunya dalam media sosial, telah berkecamuk berbagai macam berita bohong, adu domba, dan lain-lain. Agar kita selamat saya berikan trik ulama’ saat menerima informasi.
Dalam sebuah kisah hiduplah seorang ulama’ yang amat disegani pada masanya. Pada suatu hari ada seorang tamu yang juga kenalannya berkunjung ke rumah ulama itu. Lalu tamu itu membuka percakapan, “Wahai tuan, Apakah tuan sudah mendengarkan berita tentang temanmu Si Fulan?” kata si tamu itu.
Kemudian ulama itu menjawab, “Tunggu dulu sebelum kau memberi kabar kepada saya, aku ingin kau melewati tiga pertanyaan dari saya dan aku biasanya menamai dengan tiga saringan.” Ulama itu pun menjelaskan sebelum kau bercerita tentang kawanku ada baiknya sedikit aku saring informasi yang kau berikan kepada saya.
Tes pertama. “Apakah kamu bisa menjamin informasi itu benar?” Kata ulama itu.
Tamu itu pun kemudian menjawab, “Tidak mungkin aku bisa menjaminnya. Aku pun hanya sekedar mendengarnya saja.”
“Oke Baik kalau begitu, berarti kamu tidak bisa menjamin kebenaran berita itu.” Kata ulama
Lalu tes kedua, “Apakah kabar tentang temanku itu adalah termasuk informasi yang baik?” Kata ulama itu
Tamu itu pun menjawab, “Tidak justru sebaliknya kabar dan berita yang jelek”
“Baiklah kalau begitu, berarti kamu akan berbicara tentang keburukan dari teman saya yang belum tentu kebenarannya.” Kata ulama
Kemudian ulama itu melanjutkan lagi dengan tes yang ketiga ketiga, “Apakah kamu tahu atau mengetahui perihal kabar itu apa kira-kira bisa menguntungkan buat saya apa tidak?”
Tamu itu pun menjawab, “Tidak ada untungnya.”
Maka sang ulama meneruskan pembicaraan dengan mengatakan, “Jika keburukan kawanku si Fulan itu tidak tentu benar dan tidak ada keuntungan apapun untuk saya, mengapa kamu memberitahu kepada saya untuk apa pula kamu menceritakan itu kepada saya?”
Lalu si tamu itu hanya terdiam dan tertunduk malu enggak lama kemudian berpamitan untuk meninggalkan sang ulama. Begitulah kisah tiga saringan informasi.
Jamaah Jum’at yang Berbahagia
Dari kisah ini bisa kita saksikan dan bisa kita amati betapa banyak kita temukan karakter manusia seperti dalam kisah tersebut. Dia ke sana kemari membawa berita yang belum tentu jelas adanya mundar-mandir membuka aib dan adu domba. Bahkan mungkin sampai menunggahnya di media sosial.
Ini bukan saja kisah tentang kehancuran akhlak atau degradasi moral, tapi ini merupakan cara agar tidak terbawa arus, tidak terpengaruh bahkan tidak larut sebagai pembenar atas informasi yang datang kepada. Tidak semua informasi itu benar begitu diterima begitu saja.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Transkrip: Yuniar Indra Yahya