tebuireng.online— Kantor Urusan Agama (KUA) Pontianak Timur yang terletak di sebelah timur pinggiran sungai Kapuas di kota Pontianak dikepalai oleh seorang pria yang relatif masih muda. Usianya baru menginjak 41 tahun. Namanya Muslimin. Siapa menyangka bahwa dulunya dia adalah seorang santri.
Atas restu Kiainya, pria yang sudah menjadi santri dan mengabdi di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini pada tahun 2001 pulang ke kampung halamannya di Pontianak. Berbekal ijazah Sarjana Syariah dari Institut Keislaman Hasyim Asyari Tebuireng Jombang, dia mengabdikan dirinya di sekolah Al-Azhar Pontianak. Tahun 2003, kemudian dia ikut seleksi CPNS dan diterima sebagai Wakil Petugas Pencatat Nikah(PPN) Kecamatan Seluas Kab. Bengkayang.
Setelah dua tahun berjalan, dia menjadi penghulu fungsional tahun 2005-2012. Awalnya pria ini berkarir di KUA Kecamatan Ledo Kab. Bengkayang (2005), kemudian di KUA Kec. Bengkayang (2006), di KUA Kec. Sui Raya Kepulauan (2007), di KUA Kec. Sui Raya Kab. Kubu Raya (2008), terakhir di KUA Kec. Pontianak (2012). Pria yang beristeri orang Yogya ini diangkat sebagai Kepala KUA Kec. Pontianak Timur.
Kantor yang bertempat di Jalan Tanjung Raya II Kelurahan Saigon Kecamatan Pontianak Timur ini mendapatkan sentuhan tangan dinginnya. Muslimin membuat perubahan yang sangat berarti pada KUA Pontianak Timur. Setahun dikepalainya, kantor ini terpilih menjadi KUA Teladan Pertama se- Kalbar.
Kantornya kini disulap menjadi menarik dan komunikatif. Tulisan “Kawasan Bebas Asap Rokok” dipasang di beberapa sudut ruangan seakan menjadi saksi bahwa kawasan ini merupakan kawasan yang bersih dan sehat. KUA ini meraih penghargaan sebagai Juara III Lomba Kawasan Tanpa Rokok di Kawasan Kantor Pemerintahan Tingkat Kota Pontianak Tahun 2013
Saat ditanya faktor apa yang menjadikan kantor ini menjadi pemenang pertama KUA teladan se-Kalbar tahun 2013, pria dengan tiga orang anak ini memaparkan bahwa selain aspek sarana dan prasarana, tata administrasi, juga aspek pembinaannya kepada masyarakat. Tidak hanya itu, ternyata sangat terlihat sekali semua bawahan dan masyarakat sekitar juga begitu hormat dan kooperatif kepadanya walau mayoritas mereka berusia lebih tua. Saat ditanya apa rahasianya, dia menjawab bahwasannya ia berprinsip untuk selalu menjaga kerjasama yang baik baik dengan para staf, penghulu, maupun masyarakat.
Pengalaman yang paling berkesan saat dirinya menjabat sebagai kepala KUA adalah soal pernikahan dini dan pernikahan keluarga Syarif/Syarifah (darah biru). Usia salah satu pasangan belum cukup adalah kendala permasalahan pernikahan dini tersebut, sementara pernikahan keluarga darah biru dari keturunan kerajaan atau habib ini bermasalah karena sudah atas persetujuan orang tua. Akan tetapi, baginya semua persoalan itu bisa diselesaikan dengan mengacu pada Keputusan Hakim Pengadilan Agama setempat. Hasilnya, sampai dengan saat ini tugasnya relative tidak ada masalah, atau bahkan dinilai sukses.(dewi/abror)