ilustrasi bahtera nabi nuh, zaman tidak ada orang kafir di dunia
ilustrasi bahtera nabi nuh, zaman tidak ada orang kafir di dunia

Ketika Nuh dinobatkan oleh Allah sebagai Rasul, ia mengerahkan segala bentuk dakwah kepada masyarakat waktu itu. Dengan maksud agar mereka terlepas dari peribadatan berhala. Baik melalui dakwa terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Namun yang didapatkan justru penolakan dari mereka. Digambarkan bagaimana mereka menolak mentah-mentah dakwah Nuh:

وَإِنِّى كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوٓا۟ أَصَـٰبِعَهُمْ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَٱسْتَغْشَوْا۟ ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا۟ وَٱسْتَكْبَرُوا۟ ٱسْتِكْبَارًۭا

Dan setiap kali aku mengundang mereka untuk diampuni oleh-Mu, mereka menempelkan jari-jari mereka ke telinga mereka, menutupi diri mereka dengan pakaian mereka, bertahan dalam penyangkalan, dan bertindak sangat angkuh.” (Q.S. Nuh ayat 7)

Malah kaum yang ingkar tersebut mengajak untuk tidak meninggalkan kepercayaan nenek moyang mereka yang menyembah berhala. Saat itu, ada beberapa berhala yang diagungkan oleh mereka; Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasar.

وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّۭا وَلَا سُوَاعًۭا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًۭا ٢٣

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa‘, Yagus, Ya‘uq dan Nas.” (Q.S. Nuh ayat 23)

Al-Qurtubi menukil Muhammad ibn Ka’ab bahwa nama-nama di atas merupakan keturunan Adam AS yang saleh. Kematian putra-putra Adam tersebut memberikan kesedihan mendalam bagi masyarakat eranya. Hal itu dimanfaatkan oleh setan untuk memengeruhi masyarakat tersebut agar membuat gambar atau patung sebagai upaya mengenang mengenang putra-putra Adam.

Sementara Ibn Abbas berpendapat bahwa patung-patung itu adalah orang-orang saleh kaum Nuh sendiri yang telah mati. Wadd menjadi berhala kaum Kalb di Daumah Al-Jandal. Suwa’ disembah Bani Hudzail. Yaghuts disembah oleh Murad dan Bani Ghutaif di Saba’. Ya’uq disembah oleh Bani Hamdan. Nasr disembah oleh Himyar keluarga Bani Dzul Kala’. (Al-Bukhari: 4920)

Nuh lama-kelamaan putus asa dengan kesesatan kaum yang didakwahinya. Kesesatan mereka semakin lama semakin besar. Keterputusaan itu membuat Nuh mengeluh kepada Allah dan berdoa:

وَقَالَ نُوحٌۭ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى ٱلْأَرْضِ مِنَ ٱلْكَـٰفِرِينَ دَيَّارًا إِنَّكَ إِن تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا۟ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓا۟ إِلَّا فَاجِرًۭا كَفَّارًۭا

Karena jika Engkau menyayangkan salah satu dari mereka, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan hanya melahirkan orang-orang berdosa yang fasik, orang-orang yang setia. Karena jika Engkau menyayangkan salah satu dari mereka, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan hanya melahirkan orang-orang berdosa yang fasik, orang-orang yang setia. (Q.S. Nuh ayat 27-28)

Lalu Allah memerintah Nuh membaut bahtera raksasa agar dia dan orang-orang beriman selamat dari banjir bandang yang membunuh umat manusia. Allah memerintahkan Nuh untuk membawa hewan-hewan; burung dan binatang buas sepasang-sepasang. Dan membawa orang-orang beriman. Ada yang mengatakan umat beriman saat itu hanya enam orang. Ada yang berpendapat jumlah mereka 40 laki-laki dan perempuan.

Ketika Nuh akan masuk ke bahtera ia memanggil anaknya Kan’an untuk masuk ke bahteranya. Namun Kan’an menolaknya dengan mengatakan:

قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍۢ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ

Dia menjawab, “Aku akan berlindung di gunung, yang akan melindungiku dari air.

Akhirnya Kan’an tidak terselamatkan karena ia mengingkari ayahnya yang merupakan Nabi Allah. Sebagai seorang ayah Nuh mencoba merayu Allah dengan mengatakan, “Ya Tuhan, itu anakku termasuk golonganku” (Q.S. Hud : 45). Tapi dibalas oleh Allah dengan berfirman, “Wahai Nuh! Dia jelas bukan dari keluarga Anda—dia sepenuhnya berperilaku tidak benar. Jadi jangan bertanya kepada-Ku tentang apa yang tidak engkau ketahui! Aku memperingatkanmu agar kamu tidak jatuh ke dalam ketidaktahuan.” (Q.S. Hud : 46).

Kapal Nuh terombang-ambing hingga mendarat di gunung Ararat semenanjung Armenia (Al-Qurtubhi). Orang-orang yang tidak masuk kapal Nuh tenggelam semuanya. Mereka dibinasakan lantaran menyembah berhala. Allah mendesain kaum ingkar tersebut agar wanita-wanitanya tidak bisa mengandung selama 40 tahun, sehingga seluruh kaum kafir yang ada saat itu adalah orang-orang dewasa yang sudah aqil baligh (Abdul Wahhab Najjar).

Dan orang yang selamat saat itu adalah hanya orang-orang yang beriman. Dan mereka adalah orang-orang yang akan meneruskan kelanjutan kehidupan di muka bumi. Sehingga pernah ada masa dunia hanya berisi orang beriman saja, yaitu masa Nabi Nuh setelah banjir besar.

Baca Juga: Fakta Tentang Umur Para Nabi


Ditulis oleh Yuniar Indra, alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari