
Oleh: Yasinta Nurlaila*
Senja seperti malam
gelap gulita tanpa lampu di pingir jalan maupun mega merah dalam kelam
sayup-sayup terdengar jerit tangis dalam balutan semu tanpa rupa nan nada
kali ini, dia berdiri dalam hujan lebat di ujung lorong sunyi juga sepi
sosoknya yang tak jauh dari pohon tua rapuh namun rimbun
membuat mata yang memandang, menggerakkan kaki untuk melangkah
hawa dingin yang merasuk dan menyayat hati baginya
kuintip di balik jendela kaca tak tembus pandang
melangkah demi langkah tubuh reotnya membawa diri
membawa payung hitam bak tameng kesedihan yang begitu dalam
sesekali kulihat, tangan keriputnya menyeka air mata
ternyata wanita di balik payung hitam itu
wanita sebatang kara berteman duka dan lara tanpa buah hati pengobat nestapa
tak kenal panas bahkan hujan petir yang datang menghampirinya
payung hitamnya membawa diri, ke tempat peristirahatan terakhir teman hidupnya
dia kini hanya sendiri, menghambiskan sisa nafasnya menebar bunga diatas makam suaminya.
*Mahasiswa Unhasy Tebuireng Jombang.