Wakil Menteri Keuangan, Mardiasmo menyampaikan kuliah umum peningkatan pembiayaan syariah dan sosialisasi LPDP di Pesantren Tebuireng pada Senin (28/05/2018). (Bagas-Kopi Ireng)

Tebuireng.online— Dalam kurun waktu 72 tahun sejak merdeka, Indonesia telah banyak mengalami peningkatan khususnya dalam bidang ekonomi. Namun peningkatan ini dirasa masih belum optimal dan bisa dikatakan tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Mardiasmo, dalam acara seminar Penguatan Pembiayaan Syariah dalam APBN dan Sosialisai Beasiswa LPDP. Acara yang berlangsung pada Senin (30/05/2018) itu diselenggarakan oleh Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asyari Tebuireng dan dihadiri pula oleh segenap dosen dan mahasiswa Universitas Hasyim Asyari (Unhasy), santri serta pengurus Pesantren Tebuireng.

Acara tersebut begitu menyita perhatian. hal tersebut dapat dilihat dari suasana gedung aula Yusuf Hasyim lantai tiga yang penuh oleh peserta yang antusias mengikuti. Bahkan peserta membludak hingga di luar aula dan tidak kebagian kursi.

Dalam acara ini, Mardiasmo mengajak para generasi muda untuk mewujudkan pembangunan nasional. Ia memaparkan kondisi ekonomi di Indonesia dengan menunjukkan data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Belanja APBN tahun 2018 mencapai 2.220 Triliun. Sedangkan pendapatan yang diterima hanyalah 1894 Triliun. Hal ini menunjukan adanya ketidakseimbangan yang menyebabkan adanya divisit,” sampainya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Beliau juga menerangkan tentang bagaimana membangun negara Indonesia ini dengan Indonesia Centries bukan hanya Java Centries. Maksudnya, pembangun itu harus merata bukan hanya di pulau Jawa saja. Tentunya hal ini merupakan tantangan untuk dapat mewujudkannya.

Menurutnya, di antara cara mewujudkannya, yaitu dengan menuntaskan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan jenis rasio dan lainnya. Untuk mewujudkan kesejahteraan sesuai dengan sila ke V Pancasila tentunya tidak cukup hanya dengan APBN, tetapi dibutuhkan sinergi semua komponen, mulai dari BUMN, BUMD, pesantren, PTS dan PTN dan lain-lain.

“APBN mencakup hard componen meliputi infrastruktur, di antaranya universitas, sekolah. Sedangkan soft componen meliputi tunjangan guru, program Indonesia Pintar, Indonesia Sehat dan lain sebagainya,” tambah guru besar ekonomi dan bisnis UGM itu.

Dalam acara ini, juga ada penandatangan hubungan kerjasama (MoU) antara Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Universitas Hasyim Asyari (Unhasy). Dari acara ini juga Wamenkeu berharap bisa mewujudkan strong permormance (kuatnya performa) dan mewujudkan penggabungan antara integritas dan workability (mudah dikerjakan).


Pewarta: Nur Ifana

Editor:     Anik W

Publisher: M. Abror Rosyidin