Tebuireng.online– “Jadi jika NU mau maju maka hal yang harus diutamakan adalah pendidikan yang artinya itu adalah totalitas,” ungkap Muhammad Nuh, mantan menteri pendidikan yang saat ini menjabat sebagai ketua bidang pendidikan PBNU.
Hal itu diungkapkan dalam acara seminar nasional “Peran dan sumbangsih ormas Islam dalam mencerdaskan bangsa” dalam rangka merayakan 120 Pondok Pesantren Tebuireng, Sabtu (24/8/19) di lantai 3 gedung Yusuf Hasyim.
Selama presentasi, Muhammad Nuh menyampaikan materi meliputi pendidikan dan mobilitas etika serta bagaimana menyiapkan NU memasuki abad ke-2.
“NU itu sudah memasuki masa menanam, masa tumbuh dan masa stag. Dan sejujurnya NU saat ini dalam keadaan stagnan,” ujar lelaki yang akrab dipanggil pak Nuh.
Menurut pak Nuh, dalam mengahadapi era revolusi industri 4.0, jika NU mau maju maka harus melihat ke depan dan salah satu kunci untuk mengangkat masyarakat adalah dengan pendidikan serta adanya kepemimpinan yang benar-benar memiliki jiwa pemimpin.
Di masa depan, pak Nuh menyampaikan bahwa Indonesia akan menghadapi demografi devident di mana masa usia produktif benar-benar tinggi, saat itu peran pemuda sangat penting untuk kebangkitan Indonesia.
“Siapakah sahabat nabi? Ternyata sahabat Nabi mayoritas adalah anak-anak kecil,” ujar beliau mencontohkan sosok sahabat Nabi yang notabennya adalah para pemuda yang memiliki peran besar dalam perkembangan Islam.
Disisi lain, pak Nuh juga memotivasi audiens dengan menceritakan sosok orang-orang miskin yang penuh keterbatasan untuk meraih dan mendobrak keterbatasan.
“Saat kaum dhuafa sudah bangkit, saat itulah Indonesia akan bangkit,” pungkas beliau yang disambut dengan tepuk tangan antusias oleh audiens.
Pewarta: Luluatul Mabruroh
Publisher: RZ