Lautan manusia memadati Lapangan Kampus B Unhasy

tebuireng.online— Dalam acara Unhasy Bershalawat, Kiai Abdillah Fahmi, S.Ag., berkesempatan menyampaikan mauidhah hasanah di depan para pecinta shalawat dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW., di Lapangan Kampus B Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng. Sejatinya yang direncanakan akan mengisi mauidhah adalah KH. M. Irfan Sholeh Tambakberas, tetapi berhalangan hadir.

Kiai Abdillah Fahmi S.Ag., menceritakan kisah pemuda yang sedang mendalami agama Islam, bernama Daud Musa Baitaqub. Ia membaca Al Qur’an dan berhenti di ayat yang artinya “Telah dekat Kiamat dan terbelahlah bulan menjadi dua”. Suatu hari ia melihat wawancara Astronot pada 11 Juli 1969 bernama Neil Amstrong dengan pesawat Apollo  yang menghabisakan milyaran dollar dan mengundang banyak pertanyaan oleh sang reporter.

Sang reporter menduga bahwa Neil Amstrong dan kawannya ingin menancapkan bendera Amerika di bulan. Namun Neil Amstrong membantah. Ia mengaku menemukan sebuah fakta. “Saya menemukan terbelahnya Bulan. Bekas terbelahnya planet Bulan. Di sana ada sabuk dari batu Metamor yang mengelilingi Bulan dan bahwasannya bulan ini pernah terpecah menjadi dua. Lalu bersambung kembali,” cerita Kiai Abdillah mengukit jawaban Neil Amstrong. Daud Musa Baitaqub takjub dan kemudian langsung menyatakan Keislamannya dengan Syahadat.

“Ternyata ada sebuah bocoran, bahwasannya Neil Amstrong di dalam menapaki planet Bulan, bukan hanya untuk menancapkan bendera Amerika. Namun ingin menyelidiki Kebenaran Al Qur’an menyampaikan bahwa bulan pernah terbelah menjadi dua, lalu kembali menyatu,” terang Kiai Abdillah.

Kemudian Kiai Abdillah menceritakan asal usul kejadian tersebut. Berawal dari Seorang Raja bernama Habib Bin Malik yang pandai berpolitik. Oleh Abu Jahal, Rasulullah SAW di adu domba dengan Sang Raj, sehingga Rasulullah dipanggil ke Istana dan datang didampingi Abu Bakar dan Siti Khadijah. Rasulullah diminta menunjukkan mukjizat sebagaimana nabi-nabi terdahulu. Rasulullah malah menantang dengan mengatakan, “Kamu minta apa?”. Lalu sang Raja meminta pada siang hari itu, kepada Rasulullah menenggelamkan matahari, memunculkan bulan dan membelahnya menjadi dua, lalu disatukan kembali. Kemudian pecahkan menjadi dua dan menyuruh untuk bersaksi bahwasannya Rasulluah adalah utusan Allah. Kemudian Rasulullah meminta izin pada sang Raja untuk shalat dua raka’at dan berdoa kepada Allah SWT agar seluruh permintaan Habib Bin Malik dikabulkan. Allah kemudian langsung menjawab dengan dikirimkannya dua belas ribu malaikat untuk membantu Rasulullah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Habib Bin Malik masih belum percaya, kemudian ia meminta satu permintaan lagi. Belum sempat bercerita, Rasulullah sudah mengetahuinya. Sang Raja memiliki putri yang tidak memiliki kaki, matanya buta dan tuli. Kemudian Habib bin Malik bersyahadat dan mempercayai bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ia tetap percaya dan beriman, walau orang kafir Quraisy mengatai Nabi sebagai penyihir.

Ia lantas pulang dan sesampainya dirumah ia kaget, sang putri yang tadinya anggota tubuhnya tidak sempurna, menyambutnya dalam keadaan normal. Sang putri pun meneceritakan mimpinya semalam, bertemu dengan seseorang yang tampan yang mengatakan jika ia berjanji masuk Islam, tubuhnya  akan kembali sehat.

Dengan kisah diatas, Kiai Abdillah mengajak hadirin untuk mencintai Rasulullah SAW. “Subhanallah. Jika Abu Lahab saja siksaannya dapat diringankan karena pernah mencintai Nabi Muhammad sebagai keponakannya ketika baru lahir, kita sebagai umatnya yang senantiasa menganggungkan semoga dapat diringankan siksanya, bahkan kalau bisa dihilangkan siksanya,” kata beliau.

Terakhir, beliau mengutip perkataan Ali Bin Abi Thalib bahwa siapa yang mengaggungkan maulid Nabi, dan membaca maulid Nabi, maka ia tidak akan keluar dari dunia, kecuali dengan membawa Iman dan masuk surga tanpa hisab. Acara ini ditutup dengan doa yang dipimpin oleh KH. Jamiluddin, Pengasuh Pesantren Walisongo Cukir.


Pewarta: Umdah Fadhilah

Editor:     M. Abror Rosyidin

Pablisher: M. Abror Rosyidin