Para peserta foto bersama Direktur Tebuireng Institute, Mr Hafis Muaddab dan keluarga, serta Mr Simon Duncan, bintang tamu dalam Penutupan Kelas Toefl angkatan kedua pada Rabu (01/11/2017). (Foto: Zaky)

Tebuireng.online— Dipungkiri atau tidak, kemampuan berbahasa Inggris menjadi syarat yang dibutuhkan untuk melanjutkan pendidikan dan mencari peluang pekerjaan yang lebih layak. Santri sebagai bagian dari dunia pendidikan di negeri ini, perlu mendapatkan kesempatan untuk belajar Bahasa Inggris, khususnya TOEFL. Untuk itu Tebuireng Institute Cukir Diwek Jombang sejak berdirinya ditahun 2015 telah memberikan kesempatan kepada para santri Pesantren Tebuireng, baik kalangan mahasiswa,  jurnalis dan umum untuk belajar TOEFL selama tiga bulan secara gratis.

Melangkah pada angkatan kedua, kursus bertajuk TOEFL Preparation For Overseas Study yang diadakan setiap hari Jumat sejak Agustus-Oktober itu, ditutup pada Rabu (01/30/2017). Pada kesempatan itu, hadir Direktur Tebuireng Institute, Mr Hafis Muaddab, M.Pd., Mrs. Nafisah (Student Director)  dan, Mr. Mufti Rasyid (TOEFL Program Director) , serta seluruh peserta kelas TOEFL angkatan kedua.

Selain itu, dalam penutupan ini, Tebuireng Institute juga mengadakan International Discussion (Diskusi Internasional) mengenai Internasional Journalism (Jurnalisme Internasional), sebagai narasumber adalah Mr. Simon Duncan Jurnalis internasional dari Inggris yang pernah bekerja sebagai Asisten Editor (2015-2016) di salah satu media Thailand, Khaosad English yang kini bermukim di Tokyo.

Nantinya kegiatan diskusi Internasional semacam ini, akan rutin diadakan oleh Tebuireng Institute. Dengan mengundang diaspora Indonesia hingga praktisi dari luar negeri, untuk memberikan wawasan luas kepada santri Tebuireng tentang pengalaman dan cara-cara untuk belajar di luar negeri.

Mr Hafis juga menjelaskan bahwa pendirian Tebuireng Institute telah direstui oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah. Untuk itu, ke depannya, Mr. Hafis berharap antara Pesantren Tebuireng dan Tebuireng Institute dapat bekerjasama dan berjalan beriringan dalam pengembangan pendidikan, khususnya di bidang kursus ekstra, baik untuk pelajaran sekolah maupun pengembangan bahasa asing.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Mr. Hafis menceritakan bahwa sejak awal berdirinya Tebuireng Institute di tahun 2015 yang lalu, ingin sekali mengajak santri dan pemuda Islam untuk bergerak progesif. “Tebuireng Institute ingin menjadi komunitas dan lembaga yang mampu mengakomodasi mimpi besar bersama optimisme pemuda seperti kalian,” ungkapnya. Mr Hafis berharap melalui TOEFL mereka dapat belajar ke luar negeri untuk mengembangkan potensi diri dan memiliki perpektif global.

Ia juga bercerita mengenai pemuda-pemudi dari negara di sekitar ASEAN dan kawasan lainnya yang masih berumur kisara 28-30-an sudah mewakili negara masing-masing dalam event internasional. Untuk itu ia berharap para peserta kelas TOEFL di Tebuireng Institute dapat menjadi duta-duta negera ini dalam kancah internasional. “Sudah saatnya santri Tebuireng mengglobal seperti para pendahulunya,” ungkapnya megutip perkataan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Dalam sesi diskusi, Mr Simon banyak bercerita tentang pengalamannya selama menjadi jurnalis. Pria yang sekarang tinggal di Jepang itu, memberikan kiat-kiat untuk meningkatkan kemampuan di bidang jurnalistik Ia mengatakan, untuk meningkatkan kemampuan jurnalistik, seorang jurnalis pemula harus banyak-banyak membaca artikel dalam surat kabar, media online, atau media lainnya, dengan topik yang beraneka ragam.

Menjawab soal peningkatan rating website, pria yang bernah mengajar Bahasa Inggris di Universitas Musashino dan Universitas Doho Jepang itu, menyarankan agar tim redaksi memanfaatkan teknologi informasi, seperti live streaming, video, dan foto, serta media sosial, seperti facebook, twitter, instagram, dan lain sebagainya. Pada era digital sekarang ini, menurutnya, kecenderungan manusia lebih suka melihat audio visual dari pada hanya disuguhi tulisan saja.

Untuk itu, mantan editor naskah untuk salah satu stasiun TV lokal di Jepang itu, menyarankan agar sesekali membuat live streaming, video dan foto menarik, agar meningkatkan pengetahuan warganet tentang website itu.

Usai diskusi, Mr Simon, Mr Hafid, seluruh tutor dan peserta kelas TOEFL angkatan kedua foto makan nasi tumpeng bersama-sama layaknya santri. Mereka foto bersama di depan gedung Tebuireng Institute sebagai kenang-kenangan. Sebagai ucapan terimakasih, peserta menyerahkan cinderamata berupa kipas angin untuk inventaris Tebuireng Institute.


Pewarta:            M. Abror Rosyidin

Editor/Publisher: Aros