karma

tebuireng.online- Pertanyaan :

1. Assalamualikum, pak yai yang saya hormati, didalam alQur’an surat Fushilat ayat 46 “man ‘amila sholihan falinafsih, waman asaa’ fa’ailaiha, wamaa robboka bidholimin lil’abid” dari ayat tersebut terkesan adanya hukum karma padahal dalam Islam kan tidak dikenal hukum tersebut, kira-kira apa ada kaitannya antara hukum karma dengan penjelasan ayat diatas ?? dan sejauh mana intervensi Tuhan terhadap perbuatan manusia. Ahmad, Bangkalan Madura

2. Pak kiai yang saya hormati, bagaimana hukumnya orang yang pernah menghafal al-Qur’an tapi lupa. Seandainya tidak boleh apa apa dalilnya yang ada dalam al-Qur’an terimakasih atas penjelasan pak kiai. Zahra

Jawaban

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

1. Surah Fussilat 46 bicara soal perbuatan manusia dan balasannya. Yang baik, dibalas baik dan yang buruk dibalas buruk. Itu wajar, masuk akal, adil dan biasa. Jika perbuatan baik dibalas buruk, namanya pendzaliman. Jika perbuatan buruk dibalas baik, namanya kerahmatan.

Seringkali orang memahami hukum karma itu negative, padahal logis. Karma tidak sama dendam. Karena Tuhan tidak pernah dijahati. Karma adalah hukum konsekuensi. Siapa menanam, dialah yang memanen. Nah, Tuhan memberlakukan hukum kewajaran itu terhadap manusia.

Demi lebih membersihkannya citra-Nya demi meyakinkan umatNya bahwa dia benar-benar Tuhan Maha Adil, maka Tuhan menyatakan, bahwa Diri-Nya tidak pernah dan tidak akan pernah mendzalimi hambaNya sedikitpun. “Wa ma Rabbuka bi dzallamin li al’abid”

Tak ada siksa, jika tak ada kesalahan. Itulah keadilan. Tapi tidak setiap ada kesalahan, mesti dibalas siksaan. Itulah pengampunan. Setiap perbuatan baik, pasti ada imbalan baik yang setimpal. Itulah keadilan. Namun acapkali Tuhan melebih-lebihkan kebaikan itu seberapa Dia mau. Bahkan memberi begitu saja, tanpa ada permintaan dari hamba yang bersangkutan sebelumnya. Itulah anugerah dan kasih sayang.

Kadang, Tuhan itu seperti orang tua. Meski anaknya bersalah, tetap saja disayang dan difasilitasi. Apa kita bisa menyalahkan orang tua itu ? sesekali juga Tuhan seperti polisi. Tak pandang siapa, kalau salah, ya masuk bui. Salahkah tindakan polisi itu ?

Perdebatan tentang peran Tuhan terhadap perbuatan manusia tidak pernah selesai. Apakah Tuhan mengintervensi total, sehingga semua perbuatan Tuhan. Disini, manusia persis robot dan boneka. Atau Tuhan hanya memfasilitasi infrastrukturnya saja, seperti akal sehat dan fisik sempurna, sehingga semua perbuatan adalah murni pilihan manusia sendiri. Yang terakhir inilah yang berkaitan erat dengan karma, keadilan, pengampunan, perahmatan dll.

2. Lupa setelah hafal al’Qur’an, memang sangat disayangkan. Ibarat orang yang serius dan kerja keras untuk mendapatkan intan permata, lalu diterlantarkan begitu saja setelah mendapatkan. Memang disayangkan, diwanti-wanti, bahkan diancam-ancam oleh hadist, tapi tidak berarti berdosa besar seperti pelaku maksiat, berzina, mencuri dan sebagainya.

Orang yang pernah menghafal al-Qur’an pasti lebih kaya ke-al Qur’an-nya ketimbang tidak pernah, untuk bisa hafal, pasti sudah mengulang-ulang bacaan sekian kali untuk bisa ke level hafal. Itu artinya, dia sudah pernah mengisi jiwanya dengan kalamullah berulang kali. Barakallah fik.

KH. Mustain Syafii

pengasuh rubrik telaah tafsir majalah tebuireng