Shalat Tarawih di Masjid Biru (Sultan Ahmet)

Oleh: Erik lis Setiawan*

Al-Quran diturunkan di bulan Ramadhan, bulan mulia, bulan yang penuh keberkahan bagi umat Islam. Kedatangan bulan Ramadhan bisa menjadi suntikan iman dan semangat ibadah bagi umat Islam. Di dalamnya dilipatgandakan semua ibadah baik yang wajib maupun sunnah.

Tidak seperti bulan-bulan selainnya, di bulan ini juga dinamakan Bulan Pengampunan sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa  mengerjakan shalat di malam bulan Ramadhan dengan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lewat akan diampuni.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Banyak ulama yang dimaksud shalat malam ini adalah shalat tarawih. Shalat tarawih adalah shalat yang ada hanya di bulan Ramadhan saja. Tetapi menjadi hal yang sudah wajar di telinga kita bahwasanya setiap dalam bulan Ramadhan masih banyak kalangan yang memperdebatkan tentang jumlah rakaat tarawih, bagaimana lafad niat puasa yang benar “romadhona atau romadhoni”.

Bahkan sempat ada yang menjadi tranding topic di media sosial adalah shalat tarawih 2000 km dikarenakan saking cepatnya hanya 7 menit dengan menggunakan 23 rakaat beserta witirnya. Ada juga shalat tarawih yang super lama hingga mau menjelang sahur baru selesai dimulai dari selepas shalat Isya.

Shalat Tarawih

Membahas mengenai shalat tarawih, pada kesempatan pembukaan pertama bulan Ramadhan ini di Pesantren Tebuireng Jombang, KH. Musta’in Syafi’i menuturkan, menurut beliau shalat tarawih seharusnya dilakukan secara santai tidak perlu cepat-cepat karena terawih sendiri berarti istirahat, jadi setelah salam istirahat baru shalat lagi.

Tarawih berasal dari kata روح .Hukum shalat tearawih adalah sunnah, bisa dilakukan sendiri dan juga bisa dengan berjamaah. Mengutip dari keterangan dalam kitab Fathul Muin :

وسميت تروايح لانهم كانوا يستريحون لطول قيامهم بعد كل تسليمتين

[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,1/306]

“ Dinamakan tarawih karena orang yang shalat tersebut istirahat karena lamanya shalat mereka setelah tiap dua kali salam”.

Di pedesaan, kita temui masyarakat melaksanakan shalat terawih dengan menggunakan bacaan surat-surat pendek dalam al-Quran seperti surat at-Takatsur dan pada rakaat kedua surat al-Ikhlas.

Sedangkan shalat tarawih di pondok pesantren, terutama tradisi di pesantren-pesantren al-Quran, ialah mengkhatamkan al-Quran 30 juz di dalam shalat terawih. Di pesantren yang fokus mengahafal al-Quran seperti Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an, Hamalatul Qur’an  dan pesantren lainnya, pada bulan Ramadhan seperti ini biasa mengutus beberapa santrinya untuk menjadi delegasi sebagai imam di masjid-masjid tersebar di daerah masing-masing. Ada juga seperti Pesantren Nurul Furqon di Malang setiap harinya tarawih dengan membaca satu juz dalam shalat bilhifdzi hingga akhir Ramadan hatam 30 juz.

Sama seperti tarawih pada umumnya dimulai habis shalat Isya dengan 23 rokaat beserta witirnya, setiap rakaatnya sang imam biasa membaca satu halaman mushaf hingga terawih selesai. Dilanjutkan witir dengan surat pendek biasanya terdapat satu makmum yang membawa mushaf untuk menyimak sangat imam. Ternyata terawih seperti ini juga telah dilakukan oleh ulama-ulama zaman dahulu yang dituturkan dalam kitab i’anatut Tholibin:

 ثم رأيت عبارة بعض المتأخرين ناطقة بما قلناه، ونصها: وفعلها بالقرآن في جميع الشهر بأن يقرأ فيها كل ليلة جزءا أفضل من تكرير سورة الرحمن أو هل أتى على الإنسان أو سورة الإخلاص بعد كل سورة من التكاثر

ومعلوم أن محل ذلك كله إذا كان يحفظ القرآن كله أو يحفظ بعضه

ويقرأ على ترتيب المصحف مع التوالي، فإن لم يحفظ إلا سورة واحدة فقط، الإخلاص أو غيرها، أتى بما حفظه ويبعد في حقه أن يقال أنه خلاف الأفضل والأولى، فتدبر.

[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,1/308]

Imam Bakri Syatha menjelaskan bahwa shalat tarawih dilakukan dengan cara membaca 1 juz Al-Qur’an setiap malam adalah cara yang paling utama. Shalat tarawih yang tidak demikian berarti tidak sesuai dengan cara yang diutamakan, kecuali bagi yang hafalan Al-Qur’annya hanya satu surat saja, baginya, shalat tarawih hanya dengan membaca apa yang dia hafal tetap utama. l’anatu Ath-Thalibin, juz 1, hal 308

Ulama 4 mazhab sepakat untuk menganjurkan tarawih Ramadhan sekurang-kurangnya dapat mengkhatamkan Al-Quran satu kali. Misalnya apa yang disampaikan oleh penulis al-Maushuu’ah al-Fiqhiyyah al-Quwaitiyyah (27/147):

ذهب الحنابلة وأكثر المشايخ من الحنفية وهو ما رواه الحسن عن أبي حنيفة إلى أن الشئة أن يختم القرآن الكريم في صلاة التراويح . وصرح المالكية ليسمع الناس جميع القرآن في تلك الصلاة. والشافعية بأنه يندب للإمام الخثم لجميع القرآن في التراويح في الشهر كله

Hanabillah dan kebanyakan masyaikh Hanafiyyah dan ini diriwayatkan oleh al-Hasan dari Abu Hanifah berpendapat bahwa sunnah adalah mengkhatamkan Al Qur’an pada saat sholat Tarawih, untuk memperdengarkannya kepada jamaah seluruh Al Qur`an pada sholat tersebut.Malikiyyah dan Syafi’iyyah juga menegaskan dianjurkannya bagi Imam mengkhatamkan seluruh Al Qur’an dalam sholat tarawih selama satu bulan.”

Jadi kesimpulannya, dalam kesempatan bulan yang penuh dengan berkah ini kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu dan baiknya digunakan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan yaitu beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari