Santri Pesantren Tebuireng Jombang.

Oleh: Ibnu Ubaidillah*

Beberapa kebiasaan atau yang sudah menjadi sebuah tradisi dalam menyambut Ramadan adalah suatu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing dalam menyambut bulan penuh berkah itu.

Begitu pula di lingkungan pesantren, ada bebrapa tradisi untuk menyambut Ramadan dan sudah menjadi ciri khas, salah satunya kita sebut dengan pesantren Ramadan, ngaji kilatan, pesantren kilatan, dan lainnya.

Di pondok pesantren, paling tidak ada dua kegiatan inti. Pertama adalah kegiatan madrasiyah, yaitu kegiatan belajar mengajar di madrasah dengan jenjang pendidikan dimulai ibtida’iyah (pemula), tsanawiyyah atau wustho (menengah), dan aliyah (atas) dengan kurikuluim dari pesantren.

Kedua adalah kegiatan ma’hadiyah atau kegiatan khas pesantren, yaitu kegiatan yang diselenggarakan di luar kegiatan belajar mengajar ataupun di dalam kegiatan KBM, seperti kajian kitab klasik (kitab kuning) dan kontemporer yang diasuh oleh kiai dan ustadz-ustadz senior, shalat berjamah, tahfidz (hafalan), bahtsul masa’il dll.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Nama-nama kegiatan tersebut berbeda-beda di setiap pesantren meskipun praktiknya sama. Ada yang menggunakan istilah ngaji kilatan, ada juga menamainya santri kilatan, seperti umumnya di pesantren Jawa Timur, atau ngaji pasaran di Jawa Tengah.

Intinya sama, kegiatan mengaji kitab-kitab klasik (kitab kuning) secara kilat yakni dengan mengkhatamkan secara cepat kurang lebih setengah bulan Ramadan, biasanya sudah dimulai sejak 15 Sya’ban, dan ada juga di awal Ramadan dan baru selesai sehari sebelum Nuzulul Qur’an (17 Ramadan) bahkan ada yang sampai “tanggal tua” (lebaran kurang 7 hari) di bulan Ramadan.

Adapun asal-usul ngaji kilatan atau ngaji pasaran itu berawal dari tradisi masyarakat pada bulan Ramadan yang biasanya tadarrus (mengkhatamkan Al-Qur’an), kegiatan tersebut direalisasikan di pesantren menjadi pengajian kitab-kitab dalam waktu singkat.

Kegiatan ngaji kilatan ini sudah menjadi tradisi di dunia pesantren, bahkan sampai saling bertukar informasi tentang kitab-kitab yang akan dibaca atau kegiatan di pesantren tersebut selama bulan Ramadan. Dengan begitu bagi santri yang berminat bisa mempersiapkan diri apa saja yang harus diikutinya.

Adapun tradisi pesantren yang tak kalah menarik yakni menggelar bazar Ramadan untuk para santri, yang dikelola oleh ustadz atau ustadzah di pondok pesantren, kegiatan khusus bagi para santri dalam ajang menikmati berbagai makanan maupun minuman, sebagai bentuk rasa syukur akan datang bulan suci Ramadan.

Itulah beberapa tradisi khas yang ada di pesantren saat bulan Ramadan. Sebuah tradisi yang disambut baik dan bahagia para santri bahkan bagi masyarakat yang ingin merasakan hidup beraktivitas di pesantren (dengan mengikuti ngaji kilatan atau ngaji pasaran).

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari.