Suasana buka puasa bersama di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo. (foto: ra)

Oleh: Albii*

Keragaman budaya selama 10 hari terakhir Ramadan adalah suatu fenomena yang menakjubkan dan kaya akan warna. Di berbagai belahan dunia, umat Muslim merayakan periode ini dengan tradisi dan praktik yang unik, mencerminkan kekayaan budaya dan warisan agama mereka.

Dari Timur Tengah hingga Asia Tenggara, setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam meningkatkan ibadah dan merayakan kedekatan dengan Allah di bulan suci ini. Keragaman ini tidak hanya mencerminkan keberagaman etnis dan budaya umat Islam, tetapi juga mengungkapkan keindahan dalam persatuan dalam keimanan yang sama.

Perbedaan budaya selama 10 hari terakhir Ramadan memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk memahami dan menghargai keanekaragaman dunia Islam. Setiap praktik ibadah memberikan perspektif baru tentang bagaimana umat Muslim di seluruh dunia memilih untuk mendekatkan diri pada Allah.

Keragaman ini juga mencerminkan fleksibilitas dalam pelaksanaan ibadah, memungkinkan individu untuk mengekspresikan kekhususan budaya mereka sambil tetap setia pada prinsip-prinsip agama yang mendasarinya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Namun, di tengah keberagaman ini, penting untuk diingat bahwa esensi Ramadan tetap sama di mana pun di dunia: sebagai waktu untuk introspeksi, pertumbuhan spiritual, dan solidaritas umat Muslim. Meskipun praktik ibadah mungkin berbeda-beda, semangat untuk meningkatkan kebaikan, merenungkan ajaran Islam, dan memperdalam hubungan dengan Allah tetap menjadi pusat perhatian.

Oleh karena itu, keragaman budaya selama 10 hari terakhir Ramadan bukanlah hanya sebuah perayaan keunikannya, tetapi juga sebuah pengingat akan persatuan dalam keimanan dan tujuan bersama dalam mencari ridha Allah.

Dalam 10 hari terakhir Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia berusaha untuk meningkatkan ibadah mereka seiring dengan mendekati malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Tradisi dan praktik ibadah selama 10 hari terakhir Ramadan bervariasi tergantung pada budaya dan praktik lokal di berbagai daerah. Di negara-negara dengan mayoritas Muslim, seperti Indonesia, Pakistan, Mesir, dan Timur Tengah, kegiatan ibadah intensif, amal, dan refleksi mendominasi periode ini.

Di Indonesia, umat Muslim memperdalam ibadah mereka melalui ritual dan amal saleh. Banyak orang membaca Al-Qur’an lebih intens, melaksanakan shalat tarawih, iktikaf di masjid setiap malam. Selain itu, amal sosial seperti memberi makan orang miskin dan membantu yang membutuhkan menjadi fokus utama dalam meningkatkan kebaikan pada 10 hari terakhir Ramadan. Masyarakat juga aktif dalam melakukan zikir dan doa, terutama saat mendekati malam Lailatul Qadar yang dianggap sebagai malam pengampunan dosa dan penerimaan doa.

Di berbagai daerah di Indonesia, praktik ibadah selama 10 hari terakhir Ramadan memiliki nuansa dan tradisi yang berbeda-beda, namun tetap didasarkan pada upaya meningkatkan kualitas ibadah dan mendekati Allah. Misalnya, di Jawa, praktik ibadah selama periode ini seringkali melibatkan tradisi ziarah ke makam para wali atau orang-orang yang dihormati dalam agama Islam.

Orang-orang berziarah untuk memperoleh barakah dan berdoa di tempat-tempat suci tersebut, tak lupa juga biasanya masjid masjid besar mengadakan acara iktikaf bersama dan menyediakan sahur gratis untuk para jamaah.

Di Sumatera, terutama di Aceh yang dikenal dengan kekhususan Islamnya, praktik ibadah selama 10 hari terakhir Ramadan juga berlangsung dengan intensitas tinggi. Orang-orang di sini sering melakukan ibadah secara berjamaah di masjid-masjid, membaca Al-Qur’an, mengadakan pengajian agama. Dan sedekah kepada yang membutuhkan.

Di Bali, yang memiliki mayoritas penduduk non-Muslim, praktik ibadah selama 10 hari terakhir Ramadan mungkin lebih terbatas karena komunitas Muslimnya lebih kecil. Namun, orang-orang Muslim di Bali tetap berusaha untuk meningkatkan ibadah mereka dengan membaca Al-Qur’an dan melakukan shalat tarawih di masjid-masjid yang ada.

Sementara itu, di daerah-daerah di Indonesia Timur seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua, praktik ibadah selama 10 hari terakhir Ramadan juga dipenuhi dengan kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah, pengajian, dan bacaan Al-Qur’an. Masyarakat di sini juga aktif dalam melakukan amal kebajikan seperti memberi makan orang miskin dan berbagi rezeki dengan sesama.

Dan sebenarnya di berbagai daerah itu sama, dalam 10 hari terakhir bulan romadhon ini berlomba lomba dalam kebaikan dan juga memperbanyak Dzikir untuk mendapat ampunan dari Allah. Maka kita sebagai umat muslim juga tidak boleh malas melakukannya, meskipun sebentar lagi bulan romadhon usai tapi jangan pernah usai niat baik untuk melakukan kebaikan, memperbanyak dzikir, dan melakukan amalan sholeh. Tetap semangat

Di 10 hari terakhir Ramadan, saat kita memasuki tahap akhir bulan suci ini, mari kita semua memperbanyak amal baik dan ibadah untuk meraih keberkahan dan ampunan Allah SWT. Setiap amal kebaikan yang kita lakukan pada periode ini memiliki nilai yang berlipat ganda, mengingat potensi malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan.

Mari manfaatkan momen ini dengan membantu sesama, memberikan sedekah, meningkatkan ibadah, dan memperdalam hubungan kita dengan Allah melalui doa, zikir, dan refleksi spiritual. Dengan bersatu dalam semangat kebaikan dan kerja keras, kita dapat menjadikan 10 hari terakhir Ramadan sebagai waktu yang penuh berkah dan memperoleh keberkahan serta rahmat yang melimpah dari Allah.

*Mahasiswa KPI Universitas Hasyim Asy’ari.