Gambar: www.google.com

Oleh: Silmi Adawiya*

Al Quran sebagai kitab suci umat Islam itu memiliki banyak keistimewaan. Tidak dinafikan lagi, Al Quran bisa menjadi obat dan rahmat bagi setiap jiwa yang mengimaninya, khususnya berbagai macam penyakit di dalam hati, misalnya keraguan, kemunafikan, kemusyrikan, dan penyimpangan.

Hal itu tidak berlaku kecuali bagi orang yang beriman, membenarkan, dan mengikutinya, maka ia akan menjadi penyembuh dan rahmat. Senada dengan firman Allah:

ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS Al-Isra ayat 82)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqith menjelaskan bahwa maksud syifa (obat) dalam ayat ini adalah obat untuk penyakit fisik dan jiwa. Beliau berkata dalam kitab Tafsir Adhwaul Bayan:

ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺎﺀٌ ﻳَﺸْﻤَﻞُ ﻛَﻮْﻧَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً ﻟِﻠْﻘَﻠْﺐِ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮَﺍﺿِﻪِ ; ﻛَﺎﻟﺸَّﻚِّ ﻭَﺍﻟﻨِّﻔَﺎﻕِ ﻭَﻏَﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ، ﻭَﻛَﻮْﻧَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً ﻟِﻠْﺄَﺟْﺴَﺎﻡِ ﺇِﺫَﺍ ﺭُﻗِﻲَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﻪِ ، ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺪُﻝُّ ﻟَﻪُ ﻗِﺼَّﺔُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺭَﻗَﻰ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﺍﻟﻠَّﺪِﻳﻎَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ، ﻭَﻫِﻲَ ﺻَﺤِﻴﺤَﺔٌ ﻣَﺸْﻬُﻮﺭَﺓٌ

“Obat yang mencakup obat bagi penyakit hati/jiwa, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah yang shahih dan masyhur.”

Namun rupanya tidak semua insan bisa merasakan keistimewaan Al Quran tersebut. Sehingga ia hanya mengerti teoritis saja, tidak aplikatif dalam kehidupan nyata. Jika demikian adanya, apakah Al Quran sudah tak lagi istimewa?

Imam Zarkasyi dalam kitab Al Burhan fi Ulumil Qur’an menjelaskan sebagai berikut:

ومن لم يكن له علم وفهم وتقوى وتدبر لم يدرك من لذة القرآن شيئا

“Orang yang tidak punya ilmu, kefahaman (ilmu agama), ketaqwaan dan perenungan (makna), maka orang itu sama sekali belum menemukan kelezatan Al Quran.”

Dibutuhkan tiga cara guna bisa menemukan keistimewaan (kelezatan) Al Quran. Disebutkan tiga cara tersebut adalah memahami Al Quran terlebih dahulu, disertai ketakwaan, serta perenungan makna terhadap Al Quran tersebut.

Jika sudah demikian, maka Al Quran akan memancarkan keistimewaannya dengan sendirinya. Jika terdapat seseorang yang dengan Al Quran tidak menambah kepada mereka melainkan mereka semakin jauh, semakin kafir dan semakin rusak, maka hal itu bukan berasal dari Al Quran, melainkan dari dirinya sendiri.

Sebab itu, berinteraksi dengan Al Quran tak cukup dengan membacanya saja. Namun juga dengan belajar memahami dan merenungi tiap ayatnya, serta ketaqwaan yang semakin kokoh kepada Allah.

*Alumni Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.