Tebuireng.org – Ada yang berbeda dengan Pengajian Pesantren Ramadan yang dilaksanakan di Pondok Putri Pesantren Tebuireng kali ini. Pasalnya bukan hanya diikuti oleh para santriwati saja, tetapi diikuti juga oleh siswa asing program AFS Intercurtular Program yang tinggal di Malang. Mereka berada di Pesantren Tebuireng selama tiga hari dari Sabtu-Senin (18-20/06/2016).
Kunjungan dan keikutsertaan mereka dalam kegitan Pesantren Ramadan merupakan serangkaian kegiatan yang harus diberikan kepada siswa asing tersebut, Ada tiga siswi yang dikirimkan oleh Yayasan Bina Antarbudaya Chapter Malang, mereka adalah Raja Achahboune dari Italia, Melanie Marie Moinard dari Prancis, dan Sophie Uchara dari Amerika Serikat.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan pengalaman kebudayaan kepada mereka untuk mengenal pondok pesantren sebagai ciri khas pendidikan keagamaan di Indonesia. Mereka diajak untuk mengenal pesantren dengan ikut serta dalam pengajian sorogan di Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng, sahur dan buka puasa bersama dengan para santriwati, dan juga menzirahi makam pendiri Pesantren Tebuireng, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.
Walaupun dua diantara mereka, Melanie Marie Moinard dan Sophie Uchara, bukan merupakan pemeluk agama Islam namun mereka mengikuti semua kegiatan kepesantrenan dengan semangat. Mereka juga sangat terkesan dengan budaya pesantren yang unik dan khas. Mereka mengaku sangat senang mendapatkan kesempatan yang langkah ini. Seorang lagi, Raja Achahboune adalah seorang muslimah Italia keturunan Maroko.
“Saya suka tinggal di pesantren, walau kita beda agama namun para santri saling menghormati dan sangat ramah,” ungkap Shopia Uchara siswi asal Amerika Serikat tersebut ketika bertemu dengan Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid di Ndalem Kesepuhan, Senin (20/06/2016)
“Saya suka di Pesantren Tebuireng, selain orangnya baik-baik, kasurnyapun lebih empuk daripada tempat kami di Malang,” tambah Melanie disambut tawa orang-orang yang berada di ruangan tersebut. (Vevi/Abror)