Bulan istimewa, Bulan Ramadan, bulan dilipatgandakannya pahala amal-amal kebaikan serta bulan yang penuh rahmat dan maghfirah dari Allah subbhanahu waa ta’ala. Kehadiran Bulan Ramadan oleh masyarakat muslim disambut sebagai saat-saat untuk meningkatkan ketakwaan dengan memperbanyak ritual ibadah seperti puasa, shalat tarawih, sedekah, dan lain-lain. Selain itu, Bulan Ramadan sudah menjadi tradisi sebagai waktu untuk memperluas dan memperdalam khazanah keilmuan Islam, sebagaimana firman Allah dalam surat al Anbiya’ ayat 7 yang berbunyi sebagai berikut:
“Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui”. (Qs. Al Anbiya: 7)
Nuansa Ramadan nampaknya semakin terasa, jika dilihat dari ramainya agenda-agenda keagamaan baik di media elektronik, media cetak bahkan lingkungan masyarakat, seperti kultum menjelang berbuka puasa, memberitakan aktifitas keagamaan yang notabene dilakukan hanya sebatas ritual-ritual semu belaka, pengajian-pengajian di masjid, dan lain-lain. Tak ketinggalan, di pondok pesantren yang masyhur dengan ritual-ritual pendidikan keagamaan ini, juga memiliki tradisi khas di setiap Bulan Ramadan, yaitu tradisi kilatan (pasaran).
Pengajian Pasaran merupakan agenda tahunan masyarakat pesantren di penjuru Nusantara. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berkah (tambahnya ilmu keagamaan) dari para masyayikh di pesantren. Kilatan juga menjadi alah satu cara memuliakan Bulan Ramadan dan mengisi waktu libur panjang para santri. Pengajian Pasaran merupakan sebuah tradisi pendidikan dengan sistem cepat, yang tak lain mengkhatamkan beberapa kitab dengan waktu kurang lebih 3 minggu yang dibacakan oleh para kiai dan ustadz.
Para santri berbondong-bondong mendatangi pesantren satu ke pesantren lain, tiada yang lain hanya untuk memperdalam ilmu agama dan ngalap berkah kepada masyayikh. Begitu pula santri pasaran ini diberi kebebasan dalam memilih kitab-kitab yang akan didalami. Fenomena pengajian Pasaran ini dapat kita jumpai di berbagai pesantren, seperti pesantren Tebuireng, Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, pesantren Maslakul Huda Pati, Pesantren Lirboyo, dan sebagainya.
Pasaran Ramadan sebuah kegiatan pendalaman khazanah keilmuan Islam memiliki kemanfaatan yang luar biasa, diantaranya adalah:
Setiap Langkah Dihitung Sebagai Ibadah Satu Tahun
Dijelaskan dalam kitab Durratun Nashihin karya Imam An Nawawi, bahwa hadis yang diceritakan dari Anas bin Malik, Rasululllah SAW yang bersabda, “Barang siapa yang menghadiri majlis ilmu pada bulan Ramadan, maka Allah akan menulis bagi orang itu setiap langkah kakinya sebagai ibadah satu tahun.”
Dalam keterangan lain, dijelaskan dalam kitab Arbain an Nawawi diceritakan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata, “Barang siapa yang menempuh jarak untuk mendalami ilmu, maka Allah akan memudahkan kepada orang itu jalan menuju surga” (HR. Muslim)
Tradisi Perekat Jalinan Silaturahmi
Dalam tradisi pasaran terdapat manfaat yang sangat baik yaitu, tradisi ajang perekat silaturahmi, bagaimana tidak? Setiap santri antar pesantren bertemu dan saling mengenal di tempat tersebut. Bahkan mampu menjadi perekat jalinan para alumni dan santri yang aktif. Jalinan tersebut dapat diteruskan di kemudian hari menjadi semacam hubungan lintas pesantren yang terjalin secara terus-menerus. Tak hanya bertemu yang tidak bermanfaat, hubungan juga bisa diteruskan kepada jenjang selanjutnya, kerjasama keilmuan dan kajian keislaman.
Menumbuhkan Tradisi Membaca dan Muthola’ah
Tradisi pasaran dapat menumbuhkan minat baca para kiai dan santri. Di mana dalam pasanan memakai metode menghatamkan kitab-kitab dengan jangka waktu kurang lebih 21 hari. Selain itu, untuk metode pengasahan para santri dapat melatih kemahiran dan ketelitian dalam memberikan makna, ruju’ dan marju’ dalam pengajian tersebut.
Kilatan memang tidak banyak keterangan atau penjelasan kitab yang akan diberikan oleh pembaca atau qari’, tetapi target yang ingin dicapai adalah santri memiliki pembendaraan kitab yang pernah dipelajari. Dengan makna yang didapat suatu saat akan diperlukan untuk kebutuhan keilmuan di masa depan.
Mengisi Liburan Ramadan dengan Kegiatan Keagamaan.
Tak jarang, peserta kilatan adalah orang yang tidak pernah nyantri, atau pernah nyantri tapi tidak begitu lama. Namun, ada pula yang sudah bertahun-tahun nyantri masis saja mengaji, bahkan setiap tahunnya dengan kitab yang sama. Bagi yang tidak begitu akrab denga dunia pesantren, momen kilatan adalah mengisi liburan Ramadan untuk hal-hal yang positif dan menghindari hal-hal negatif.
Apalagi pada tahun ini, sekolah-sekolah formal non pesantren, meliburkan siswa-siswinya selama Bulan Ramadan penuh. Tentunya, ngaji kilatan bisa menjadi solusi untuk mengisi kegiatan anak sembari menambah pengetehuan agama dan pengalaman menjadi santri.
Mengisi Masa Tua dengan Menambah Ilmu
Selain anak-anak dan remaja, kaum lanjut usia juga biasanya masih semangat untuk menkaji kitab di pesantren yang mengadakan kilatan. Umur boleh tua, tetapi semangat mengaji agama masih tetap berkobar. Di Barisan para pemuda, terdapat bapak-bapak dari paru baya hingga lanjut usia masih Nampak bersemangat memaknai kitab. Yang tua saja semangat, apalagi yang muda?