Seminar Series dengan tema “Reaktualisasi Semangat Juang Masyayikh Tebuireng” diadakan oleh KAMHA (Keluarga Alumni Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari) di halaman Madrasah Mualimin pada Senin (19/12/2022).

Tebuireng.online- Seminar Series dengan tema “Reaktualisasi Semangat Juang Masyayikh Tebuireng” diadakan oleh KAMHA (Keluarga Alumni Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari) di halaman Madrasah Muallimin pada Senin (19/12/2022). Acara ini dihadiri dua pembicara, Ustadz Mubarok Yasin dari Sumenep dan Ustadz Yunus selaku kepala Madrasah Muallimin Tebuireng.

Ustadz Yunus menyampaikan, bahwa secara umum ada beberapa nilai yang kita dapat di Pesantren Tebuireng. Hal ini sesuai dengan isi amanat KH. M. Yusuf Hasyim, dalam beberapa kesempatan pada saat “Upacara Pengarahan Santri”, yaitu pesantren sebagai sarana tafaqquh fid din, condrodimuko perjuangan dan pengabdian masyarakat.

“Pada era Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, pendidikan di Tebuireng merupakan level tertinggi, di mana banyak santri yang merupakan kiai dan gus di kampung halamannya. Kemudian oleh KH. Abdul Wahid Hasyim, ditambahlah materi-materi umum sebagai penyempuma. Pada era kepengasuhan KH. Abdul Kholiq Hasyim, Tebuireng menjadi pelopor sistem pendidikan klasikal, dimana para santri yang masuk dites sesuai kemampuannya dan dikelompokkan di kelas-kelas,” katanya.

Selain itu, menurutnya, di Pesantren Tebuireng pula kita mengenal sistem sorogan, dengan persayaratan dan usaha yang ketat dalam pelaksanaannya. “KH. Idris Kamali menjadi man of rule, yang menjadikan metode sorogan ini sangat layak dan lebih berkelas dari sistem bandongan yang juga kita kenal dan diterapkan di pesantren. Lulusan-lulusan metode sorogan inilah yang menghasilkan kiai-kiai mumpuni dan penerus kepengurusan pesantren. Metode sorogan ini akan selalu menjadi high level selama dilakukan dengan proses yang benar, imbuhnya.

Hal yang juga penting, menurut Ust. Yunus, ada perjuangan KH. Abdul Wahid Hasyim dengan menjadi anggota BPUPKI dalam upaya memerdekakan Indonesia dan membuat dasar negara Pancasila. Begitupun KH. Yusuf Hasyim, KH. Sansyuri Badawi dan KH. Abdurrahman Wahid dan adik beliau KH. Salahuddin Wahid telah berjuang dalam menciptakan politik Islam yang elegan dan demokratis, sehingga mengharumkan pesantren sebagai supplier negarawan, politikus bahkan presiden. “Ke depan diharapkan lahir juga pejuang-pejuang tingkat nasional, yang membawa pemikiran murni dari kawah condrodimuko Tebuireng, demi kemajuan bangsa dan agama,” ucapnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dari sisi pengabdian di masyarakat, lanjutnya, KH. Abdul Wahid Hasyim pernah mengatakan, bahwa santri memiliki 2 kaki, satu kaki kanan di dalam pondok dan yang lain di luar pondok. Artinya segala aktifitas santri harus berkaitan dengan pengabdian dan demi kemajuan masyarakat.

“Oleh karena itu, jangan jadikan pondok terlalu eksklusif. tidak mengerti kebutuhan dan kondisi masyarakat. Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahid Hasyim, sampai dengan KH. M. Yusuf Hasyim dan KH. Salahuddin Wahid, beliau-beliau sangat perhatian dan mengayomi masyarakat, Mudah-mudahan kita semua dapat meneladani dan meneruskan perjuangan beliau, dan berkumpul di surga firdaus kelak bersama beliau,” pungkasnya.

Pewarta: Faizal Amin