Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Azyumardi Azra menjelaskan tentang harapan dan tantangan masa depan dalam Seminar Nasional di Tebuireng pada Sabtu (28/04/2018). (Foto: Deka/Kopi ireng)

Tebuireng.online— Pesantren secara keseluruhan mengalami perkembangan yang luar biasa. Mulai dari ilmu pengetahuan maupun fisik bangunan. Seiring dengan perkembangan zaman, tentunya, semakin besar pula tantangan yang dihadapi. Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Azyumardi Azra menjelaskan ada tiga macam harapan pesantren di masa depan.

“Pertama, transmisi ilmu dan keterampilan keagamaan Islam. Jadi alumni pesantren harus memiliki ilmu dan terampil mengerjakan ibadah agama Islam,” ungkap ini saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional “Harapan dan Tantangan Pesantren di Masa Depan” yang diadakan oleh Pusat Kajian Pemikiran M. Hasyim Asy’ari pada Sabtu (28/04/2018) di Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lantai 3.

Kedua, lanjut mantan Rektor UIN Jakarta itu, maintenance Islamic tradition, yakni merawat tradisi Islam, sesuai dengan teologi Asy’ariah yang berada di tengah antara Khawarij dan Mu’tazilah, fikih Syafi’i yang menjadi penengah antara yang golongan literal dan rasional, serta tasawuf al Ghazali.

Ketiga, tambahnya, pesantren juga sebagai tempat reproduksi ulama, walaupun nanti pada akhirnya tidak semua santrinya menjadi ulama. “Karena di Indonesia, ulama itu bukan hanya soal ilmu namun dengan pengakuan pula oleh masyarakat atau social recognition. Jadi kalau enggak diakui sebagai kiai, maka enggak juga walaupun ilmunya dalam soal Islam,” papar pakar sejarah itu.

Prof. Azyumardi juga menerangkan tantangan yang harus dihadapi pesantren, yaitu mengembangkan kembali pesantren sebagai lembaga tafaqquh fi ad din. Menurutnya, hal ini bisa dilakukan dengan mengembangkan kembali Madrasah Aliyah Khusus Keagamaan, Ma’had Aly, maupun lembaga lain yang konsen di bidang keagamaan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain itu, katanya, pesantren harus mengembangkan lembaga pendidikannya menjadi unggul. Pendidikan mulai dari SD/Madrasah menjadi unggul sampai dengan universitasnya, karena pesantren merawat santri 24 jam penuh. “Twenty four hours education. Tidur aja diawasi. Hebat itu, mana ada pendidikan 24 jam kecuali di pesantren,” ungkapsnya.

Selanjutnya, Azyumardi menyebut pesantren telah berkembang. “Dulu pesantren bangunannya tidak permanen, masih menggunakan kayu. Dan sekarang sudah menjadi permanen bahkan bertingkat. Sekarang gedungnya permanen seperti Tebuireng ini,” katanya.

Ia menuturkan, pesantren bisa dikategorikan menjadi dua macam, yakni salafiyah dan salafi. Salafiyah dimaksudkan dengan pesatren yang berhaluan ahussunnah wal jamaah, sedangkan pesantren salafi bertitik tolak pada salafisme. “Pesantren salafi adalah pesantren yang menekankan pada yang mereka sebut Islam murni. Orientasinya kepada Saudi, Yaman, dan Kuwait. Kecenderungannya tidak hormat merah putih,” pungkasnya.


Pewarta:            M. Masnun

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin