Anak-anak yang sedang menerima rapor / nilai ujian di sekolah.

“Kenapa nilaimu rendah?”
“Kok bisa dapat nilai begini, belajar lebih keras!”
“Dia aja bisa, masak kamu tidak?!”
“Coba seperti di A, si B, mereka itu pintar…”

… dan banyak sekali pertanyaan menyudutkan lainnya, yang biasa diberikan pada anak-anak saat mereka menerima rapor sekolah. Kita mengakui bahwa memang peran pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan anak-anak. Sebagai orang tua, tentu kita ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita, termasuk dalam hal pendidikan. Kita menginginkan mereka untuk mencapai prestasi terbaik, mendapatkan ranking tinggi, dan menjadi yang terdepan di kelas.

Namun, seringkali kita lupa bahwa prestasi akademik bukanlah satu-satunya ukuran keberhasilan atau kebahagiaan anak. Ada hal-hal lebih penting yang harus kita perhatikan, salah satunya adalah bagaimana cara kita mendidik dan mendukung mereka tanpa memberikan tekanan berlebihan pada hasil-hasil yang terukur seperti ranking.

Sebagai orang tua, saya pernah merasa cemas dan khawatir ketika anak saya tidak mendapatkan ranking yang baik di sekolah. Setiap kali rapor keluar, saya menatap angka-angka itu dengan cemas, berharap anak saya bisa berada di posisi terbaik. Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya pengalaman, saya menyadari bahwa pendidikan bukanlah sekadar tentang angka atau posisi di kelas.

Sejatinya, tidak apa-apa anak tidak mendapatkan ranking, yang lebih penting adalah bagaimana kita mendukung mereka dalam perjalanan belajar mereka, menghargai usaha mereka, dan memahami bahwa setiap anak memiliki kekuatan dan cara belajar yang berbeda.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ketika anak-anak saya masih kecil, saya sering mendapati diri saya berbicara tentang prestasi mereka, membandingkan mereka dengan teman-teman sebayanya, atau bahkan merasa kecewa jika mereka tidak mendapatkan hasil yang saya harapkan. Mungkin banyak orang tua lain yang juga mengalami hal yang sama. Rasanya wajar jika kita ingin anak-anak kita berhasil, tetapi seringkali kita terjebak dalam konsep bahwa kesuksesan hanya bisa diukur dengan hasil yang tampak nyata, seperti ranking atau nilai ujian.

Namun, ketika anak saya mengalami beberapa kali kegagalan dan tidak mendapatkan ranking yang bagus, saya mulai merenung. Apakah ranking benar-benar menggambarkan potensi anak? Apakah kita, sebagai orang tua, hanya memberikan perhatian pada hasil akhir tanpa mempertimbangkan proses belajar yang mereka jalani? Di situlah saya mulai menyadari bahwa mendidik anak bukan tentang membebani mereka dengan ekspektasi yang tinggi, melainkan tentang memberi mereka ruang untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan kecepatan mereka sendiri.

Baca Juga: Orang Tua Perhatian 5 Hal Ini Saat Terima Rapor Anak

Anak-anak, seperti orang dewasa, memiliki kelebihan dan kekurangan mereka sendiri. Ada anak yang cemerlang dalam matematika tetapi kesulitan dalam bahasa, ada pula yang memiliki bakat luar biasa dalam seni atau olahraga meskipun nilainya di pelajaran akademik biasa saja. Mengapa kita harus menilai anak hanya berdasarkan kemampuan akademik mereka? Mengapa kita harus memberikan tekanan yang begitu besar untuk mencapai hasil yang sempurna? Tentu saja kita ingin anak-anak kita menjadi yang terbaik, tetapi bukan dengan cara yang menekan mereka hingga mereka merasa tertekan atau cemas.

Sebagai orang tua, peran kita bukanlah untuk memaksakan ambisi kita kepada anak-anak. Sebaliknya, kita seharusnya memberikan dukungan emosional dan moral yang mereka butuhkan. Kita harus mampu melihat potensi mereka yang sebenarnya, bahkan ketika potensi itu tidak selalu tampak dalam bentuk ranking atau angka di rapor. Kita perlu menghargai setiap usaha mereka, bukan hanya hasil akhirnya. Ketika anak saya gagal dalam ujian atau tidak mendapatkan ranking yang diharapkan, saya berusaha untuk berbicara dengan lembut, memberinya pengertian bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Saya ingin mereka tahu bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tetapi sebuah kesempatan untuk memperbaiki diri dan terus berusaha.

Penting bagi kita untuk mengenal anak-anak kita lebih dalam, memahami apa yang mereka sukai, dan menghargai perjalanan belajar mereka. Jika anak kita kesulitan dalam pelajaran tertentu, bukannya menyalahkan mereka, kita harus mencari solusi bersama. Mungkin mereka membutuhkan metode belajar yang berbeda, atau mungkin mereka lebih nyaman dengan pendekatan yang lebih santai dan tanpa tekanan. Yang lebih penting, kita harus selalu ada di samping mereka, memberi mereka semangat, dan memastikan bahwa mereka tahu kita mencintai mereka tanpa syarat, tidak peduli apapun ranking mereka.

Saya juga belajar untuk tidak membandingkan anak saya dengan teman-teman sebayanya. Setiap anak berkembang dengan cara dan ritme yang berbeda. Ada yang cepat, ada yang lebih lambat. Ada yang pintar dalam hal akademik, ada yang berbakat dalam hal lain. Sebagai orang tua, kita harus menghargai perbedaan tersebut dan memberikan dukungan yang sesuai. Memaksakan anak untuk menjadi seperti orang lain hanya akan menambah beban mereka dan membuat mereka merasa tidak cukup baik.

Selain itu, kita juga harus mengajarkan anak-anak kita bahwa kesuksesan bukan hanya tentang mendapatkan nilai tinggi atau ranking terbaik. Kesuksesan juga tentang bagaimana mereka menghadapi tantangan, bagaimana mereka bekerja keras, bagaimana mereka belajar dari kegagalan, dan bagaimana mereka memperbaiki diri. Ini adalah nilai-nilai yang jauh lebih penting daripada sekadar peringkat di kelas.

Pada akhirnya, saya ingin anak-anak saya tahu bahwa saya tidak mengukur keberhasilan mereka hanya berdasarkan angka atau ranking. Saya mengukur keberhasilan mereka dari seberapa bahagia mereka, seberapa berkembang mereka sebagai individu, dan seberapa baik mereka memperlakukan orang lain. Yang lebih penting bagi saya adalah melihat mereka tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter, yang penuh kasih, yang jujur, dan yang berani mengejar impian mereka.

Jadi, tidak apa-apa jika anak kita tidak mendapatkan ranking. Tidak ada yang salah dengan itu. Yang terpenting adalah kita mendukung mereka untuk terus berusaha, memberi mereka rasa percaya diri, dan mengingatkan mereka bahwa mereka sudah cukup baik dengan segala usaha dan cinta yang mereka berikan. Kita tidak boleh melupakan bahwa setiap anak unik, dan mereka layak dihargai untuk siapa mereka, bukan hanya untuk angka yang tercantum di rapor.



Penulis: Ummu Masrurah, seorang guru di sebuah sekolah Swasta.