Seorang atasan dan bawahan sedang mendiskusikan sesuatu di ruang kerja.

Dalam dunia profesional, hubungan antara bawahan dan atasan sering kali menjadi faktor kunci dalam keberhasilan dan kenyamanan kerja. Menjadi bawahan yang baik memang melibatkan usaha untuk selalu memberikan yang terbaik, bekerja dengan integritas, serta mendukung tujuan bersama. Namun, terkadang, kita dihadapkan pada situasi yang sulit, seperti ketika atasan bertindak semena-mena, tidak adil, atau hanya peduli pada keuntungan pribadi. Dalam situasi seperti ini, bagaimana seharusnya kita bertindak sebagai bawahan yang baik? Dan, bagaimana seorang atasan seharusnya bersikap agar dapat memimpin dengan bijaksana?

Ada beberapa alasan mengapa seorang atasan bisa bertindak semena-mena, baik itu karena kekuasaan yang tidak terkendali, kebijakan perusahaan yang tidak adil, atau mungkin sifat pribadi yang egois. Terlepas dari penyebabnya, sebagai bawahan, kita sering kali merasa terjebak dalam ketidakadilan ini, berusaha untuk tetap profesional, namun tetap merasa dianiaya. Namun, ada cara-cara yang bisa kita lakukan untuk menghadapi situasi seperti ini dengan bijak.

Jaga Profesionalisme dan Hindari Tindakan Emosional meskipun perasaan kecewa atau marah terhadap perlakuan atasan yang semena-mena sangat wajar, sangat penting untuk tidak melampiaskan emosi secara terbuka. Tindakan impulsif atau berkonfrontasi dengan cara yang agresif justru dapat memperburuk situasi. Sebagai bawahan, kita perlu menunjukkan kedewasaan dalam menghadapi masalah ini. Jika kalian merasa diperlakukan tidak adil, penting untuk tetap tenang dan tidak membiarkan emosi menguasai diri.

Komunikasi yang Jelas dan Terbuka, salah satu cara untuk mengatasi sikap semena-mena atasan adalah dengan membuka komunikasi secara terbuka, namun tetap sopan dan profesional. Cobalah untuk berbicara langsung dengan atasan kalian tentang perasaan kalian tanpa menyalahkan atau menuduh, tetapi lebih pada mengungkapkan bagaimana sikapnya memengaruhi pekerjaan atau suasana hati kalian. Misalnya, “Saya merasa bahwa keputusan yang diambil dalam proyek ini tidak memperhatikan beberapa faktor penting yang dapat berdampak pada hasil. Saya ingin berbicara lebih lanjut tentang hal ini agar kami bisa mencapai solusi terbaik.”

Pendekatan ini memberi kesempatan pada atasan untuk menyadari dampak dari tindakan atau kebijakan mereka dan memberi mereka ruang untuk memperbaiki sikapnya tanpa merasa terancam.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tegakkan Batasan dan Jaga Integritas Diri, jika atasan kalian bertindak semena-mena dengan cara yang merugikan kalian atau melanggar nilai-nilai pribadi kalian, penting untuk belajar untuk mengatakan “tidak” dengan tegas, meskipun hal ini tidak selalu mudah. Misalnya, jika atasan kalian meminta kalian untuk melakukan tugas yang tidak etis atau bertentangan dengan prinsip kerja yang benar, kalian harus berani untuk menolaknya dan menjelaskan alasannya dengan cara yang sopan namun tegas. “Saya merasa bahwa tugas ini tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya, dan saya khawatir hal ini bisa berdampak buruk bagi perusahaan.”

Menjaga integritas pribadi adalah hal yang tidak bisa dikompromikan. Jika terus-menerus berada dalam situasi yang membuat kalian harus mengorbankan nilai-nilai tersebut, mungkin saatnya untuk mengevaluasi kembali apakah lingkungan kerja tersebut masih sehat bagi kalian atau tidak.

Ciptakan Dukungan dari Rekan Kerja, Kadang-kadang, seorang atasan yang semena-mena bisa lebih mudah dihadapi jika ada dukungan dari rekan kerja. Bekerja sama dengan tim untuk membangun solidaritas dapat membantu kalian merasa lebih kuat dalam menghadapi situasi yang sulit. Namun, dukungan ini harus dibangun dalam kerangka profesionalisme. Hindari gosip atau saling menyalahkan, tetapi saling memberikan dukungan satu sama lain agar tim tetap produktif dan menjaga semangat kerja.

Setelah tahu bagaimana cara menghadapi atasan yang semena-mena, sudah seharusnya sebagai atasan, paham akan peran yang sangat krusial dalam menentukan suasana kerja dan kesejahteraan tim. Atasan yang baik bukan hanya orang yang mampu mengarahkan tim untuk mencapai tujuan perusahaan, tetapi juga yang memperlakukan bawahan dengan adil dan penuh rasa hormat.

Hal yang Harus Diperhatikan Seorang Atasan

  1. Adil dan Tidak Memihak

Seorang atasan yang baik harus mampu membuat keputusan secara adil, tanpa memihak pada satu individu atau kelompok. Keputusan yang tidak adil atau diskriminatif hanya akan merusak moral tim dan menciptakan ketidakpercayaan. Misalnya, memberi penghargaan hanya pada karyawan yang dekat dengan atasan atau memberikan tugas berat pada orang-orang tertentu tanpa alasan yang jelas adalah sikap yang tidak profesional dan dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam tim.

  1. Mendengarkan dan Empatik

mendengarkan dengan empati. Seorang atasan yang baik tidak hanya berbicara, tetapi juga mendengarkan keluhan, ide, dan perasaan bawahan mereka. Dengan mendengarkan, atasan bisa memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh tim. Hal ini menciptakan suasana kerja yang lebih terbuka dan inklusif.

  1. Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif

Atasan yang baik memberikan umpan balik secara konstruktif dan dengan cara yang membangun. Umpan balik ini tidak hanya mengkritik, tetapi juga memberikan solusi atau bimbingan yang dapat membantu bawahan untuk berkembang. Selain itu, memberikan apresiasi terhadap pencapaian dan usaha karyawan juga sangat penting untuk meningkatkan motivasi dan kinerja tim.

  1. Mendorong Pengembangan Karier Bawahan

Atasan yang baik berkomitmen untuk membantu bawahan berkembang, baik dalam keterampilan teknis maupun dalam kemampuan kepemimpinan. Mereka memberikan kesempatan untuk pelatihan, mentoring, dan pengembangan diri. Dengan demikian, karyawan merasa dihargai dan memiliki ruang untuk tumbuh dalam karier mereka.

  1. Memberikan Kepercayaan dan Otonomi

Seorang atasan yang baik memberikan kepercayaan pada tim mereka dengan memberi otonomi dalam pekerjaan. Mereka tidak micromanage, melainkan memberi ruang bagi bawahan untuk menyelesaikan tugas mereka dengan cara yang paling efektif. Kepercayaan ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan terhadap pekerjaan, yang pada gilirannya meningkatkan kinerja.

  1. Menjaga Keseimbangan Antara Profesionalisme dan Kepedulian Pribadi

Seorang atasan yang baik memahami pentingnya keseimbangan antara profesionalisme dan hubungan pribadi. Mereka tidak hanya peduli terhadap kinerja, tetapi juga terhadap kesejahteraan pribadi karyawan mereka. Ini termasuk memperhatikan beban kerja, memberikan fleksibilitas saat dibutuhkan, serta mendukung karyawan dalam menghadapi tantangan pribadi atau emosional.

  1. Menjadi Teladan yang Baik

Seorang atasan yang baik harus menjadi teladan dalam segala hal, baik dalam etika kerja, integritas, maupun sikap terhadap rekan kerja. Seorang pemimpin yang baik tidak meminta orang lain melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan sendiri. Kepemimpinan melalui teladan adalah cara yang efektif untuk mendapatkan rasa hormat dari bawahan.



Penulis: Albi