ilustrasi perbedaan ‘aduw dan khusumah

Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki kosakata paling banyak jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa al-Quran berbahasa Arab. Susunan ayat, kalimat, dan lafadz dalam al-Quran mengandung sebuah rahasia dan tidak memiliki kekurangan. Ini menjadi bukti bahwa al-Quran memang merupakan firman Allah dan bukan hasil rekayasa manusia.

Cukup banyak lafadz-lafadz dalam al-Quran yang sekilas memiliki arti yang sama, namun ternyata memiliki perbedaan makna yang cukup signifikan. Hal ini dapat diketahui dengan melihat konteks pembahasan sebuah ayat yang kemudian dibandingkan dengan ayat lain, atau dengan menelisik bagaimana asbab an-nuzul dari ayat tersebut.

Pemilihan lafadz atau kata dalam al-Quran tentu memiliki sebuah alasan yang akan dapat dipahami oleh manusia setelah bertadabbur atas ayat-ayat al-Quran. Hal ini membuktikan bahwa al-Quran tak salah jika disebut sebagai mukjizat yang paling besar. Karena kemukjizatan al-Quran tidak hanya dapat disaksikan ketika al-Quran itu turun, namun dapat dirasakan kemukjizatannya sampai sekarang dan bahkan sampai akhir zaman nanti.

Contoh lafadz yang hampir serupa maknanya namun ternyata berbeda, yaitu lafadz ‘aduww dan khoshmu. Keduanya sama-sama menunjukkan arti kata musuh dan keduanya juga sama-sama disebutkan dalam al-Quran.

Lafadz ‘Aduw dalam Al-Quran

Hanya saja keduanya disebutkan dalam konteks ayat yag berbeda. Contohnya lafadz ‘aduww pada beberapa ayat berikut:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَرُسُلِهٖ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكٰىلَ فَاِنَّ اللّٰهَ عَدُوٌّ لِّلْكٰفِرِيْنَ ٩٨

Artinya: “Siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (Q.S. Al-Baqoroh: 98)

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ١٦٨

Artinya: “Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata.” (Q.S. Al-Baqoroh: 168)

وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ عُدْوَانًا وَّظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيْهِ نَارًا ۗوَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا ٣٠

Artinya: “Siapa yang berbuat demikian dengan cara melanggar aturan dan berbuat zalim kelak Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Q.S. An-Nisa: 30)

Lafadz Khusumah dalam Al-Quran

Kemudian coba kita bandingkan dengan penggunaan lafadz khoshmu di dalam al-Quran:

۞ هٰذَانِ خَصْمٰنِ اخْتَصَمُوْا فِيْ رَبِّهِمْ فَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِّنْ نَّارٍۗ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوْسِهِمُ الْحَمِيْمُ ۚ ١٩

Artinya: “Inilah dua golongan (mukmin dan kafir) yang bertengkar. Mereka bertengkar tentang Tuhan mereka. Bagi orang-orang yang kufur dibuatkan pakaian dari api neraka. Ke atas kepala mereka akan disiramkan air yang mendidih.” (QS. al-Hajj: 19)

مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ ٤٩

Artinya: “Mereka hanya menunggu satu teriakan yang akan membinasakan mereka saat mereka (sibuk) bertengkar (tentang urusan dunia).” (Q.S. Yasin: 49)

۞ وَهَلْ اَتٰىكَ نَبَؤُا الْخَصْمِۘ اِذْ تَسَوَّرُوا الْمِحْرَابَۙ ٢١

Artinya: “Apakah telah sampai kepadamu (Nabi Muhammad) berita orang-orang yang berselisih ketika mereka memanjat dinding mihrab?” (Q.S. Shad: 21)

Dari ayat-ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa konteks ayat yang menggunakan lafadz ‘aduww cenderung menjelaskan makna musuh yang bersifat hakiki, seperti orang kafir, setan, dan penghuni neraka. Permusuhan yang diungkapkan adalah permusuhan yang berawal dari kebencian yang bersumber dari dalam hati. Sedangkan ayat-ayat yang menggunakan lafadz khoshm menceritakan permusuhan yang tidak hakiki, hanya sekedar perselisihan atau perdebatan yang berawal dari adu bicara. Maka makna lafadz ‘aduww lebih luas daripada khoshm, dan dari QS. Hajj: 19 dapat kita ketahui bahwa khoshm dapat menjadi salah satu alasan terciptanya ‘udwan (permusuhan). Wallahu a’lamu bi ash-showabi.

Baca Juga: Salah Kaprah Memahami Tafsir Surah Al Maidah


Penulis: Mayada Athya Nadhiroh