Oleh: Hilmi Abedillah*

Kalau di periode klasik orang barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam, di periode modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan barat.” –Harun Nasution

Pembaharuan Islam ialah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Konsep pembaharuan atau tajdid memang sudah ada dalam Islam, namun istilah ini baru ramai pada abad ke-18.

إن الله يبعث لهذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها دينها

 “Sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini (Islam) pada permulaan setiap abad orang-orang yang akan memperbaiki (memperbaharui) agamanya.” (HR. al-Hakim)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pemikiran pembaharuan atau modernisasi Islam muncul terutama ketika terjadi kontak politik antara dunia Islam dan Barat. Di antara tokoh-tokoh yang diberi gelar sebagai pembaharu di antaranya Muhmmad Ali Pasya, at Tahtawi, Muhammad Abduh, Jamaluddin al Afghani, dan Rasyid Ridha. Pada waktu itu memang banyak sekali reformasi pemikiran di Mesir yang berkaitan dengan pembaharuan Islam. Sebelum periode modern, sebenarnya Islam sudah dekat dengan Barat terlebih antara Kerajaan Turki Usmani yang mempunyai kekuasaan di sebagian daratan Eropa.

Kerinduan pada masa keemasan Islam singgah pada hati setiap muslim di dunia ini. Kerinduan itu diiringi dengan usaha maupun tidak diiringi dengan usaha. Pada masa keemasan Islam (720-1250 M), ilmu pengetahuan berkembang pesat hingga menguasai penjuru dunia. Di sana banyak sekali tokoh-tokoh ilmuan dari berbagai bidang. Misalnya Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ibn Hanbal dalam bidang Hukum. Imam al Asy’ari, Imam al Maturidi, Wasil bin Atha’, dan al Jubba’i dalam bidang teologi. Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj dalam mistisisme dan tasawuf. Al Kindi, al Farabi, Ibn Sina, al Ghazali, dan Ibn Maskawaih dalam falsafat. Al Khawarizmi, al Mas’udi, dan ar Razi dalam bidang ilmu pengetahuan.

Pada tahun 800 M di Baghdad yang dipimpin oleh Raja Harun ar Rasyid, orang Islam sudah bisa membuat kertas dan mendirikan pabrik kertas terbesar di luar China. Karena setiap peradaban belajar dari peradaban sebelumnya. Peradaban Islam juga mewarisi peradaban Timur Tengah Kuno, Parsia, India, Yunani, juga China. Itulah mengapa muncul pepatah “Carilah ilmu walau ke Negeri China.” Seni pembuatan kertas asalnya merupakan rahasia yang dijaga ketat oleh China. Lalu didapatkan dari dua tawanan Pertemburan Talas (751 M), hingga dikembangkan oleh orang Islam di Samarkand dan Baghdad.

Pada waktu yang sama, Barat belum jadi apa-apa dan bisa dibilang masih ingusan. Christopher Columbus baru menemukan benua Amerika pada tahun 1492 M, ratusan tahun setelah masa keemasan Islam. Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan pada 1498 M. Namun justru saat Barat naik, Islam meredup di abad ke-14 itu.

Kemunduran Islam disebabkan oleh beberapa hal. Paham fatalisme (Jabariyah) yang terdapat dalam teologi Islam mempunyai pengaruh terhadap abad pertengahan. Paham Jabariyah ini berisi ajaran bahwa semua yang berputar di muka bumi ini ialah perbuatan Allah, manusia tidak bisa mengubah sedikitpun. Akibatnya, kemalasan menjamur di kalangan kaum muslim. Mereka tidak bekerja dengan alasan semua telah ditakdirkan oleh Allah.

Sudah saatnya untuk memperbarui diri dengan mengembangkan pemikiran dan sistem yang ada. Kerajaan Mesir, Turki, dan India-Pakistan diubah sistem pemerintahannya menjadi demokrasi. Masa yang dulu berbeda dengan masa sekarang, karena dinamika problem yang ada. Pintu ijtihad tidak ditutup, bahkan Syaikh Muhammad Ramadlan al Buthi menulis kitab berjudul “al-Ijtihad al-Mu’ashirah” (Ijtihad Modern) yang mengulas konsep ijtihad di masa sekarang yang problemnya semakin kompleks.

Manusia modern selayaknya mampu memahami orang lain. Perpecahan yang terjadi di dalam kalangan umat Islam karena tidak mentolerir pendapat satu sama lain tidak boleh terjadi lagi. Semua harus menjunjung persatuan untuk mencapai kesejahteraan bersama, kesejahteraan dunia maupun akhirat.

Ilmu pengetahuan yang dianggap oleh Islam bukan hanya ilmu agama. Buktinya, kebanggaan terhadap teknologi pembuatan kertas yang telah disebut di atas pada Abad Pertengahan. Itu artinya, kemajuan Islam bukan hanya dengan mempelajari ilmu-ilmu agama saja. Ilmu pengetahuan alam, ilmu konstitusi, ilmu pertanian, dan ilmu-ilmu yang lain juga penting dalam melahirkan kembali kejayaan Islam, terutama ilmu yang berkaitan dengan modernitas.

Oleh karena itu, pembaharuan Islam berarti mengembalikan Islam kepada ajaran aslinya, ajaran yang murni, yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. Pembaharuan bukan berarti membuat sesuatu yang baru, atau sering disebut “bid’ah”. Dalam pemikiran sederhana, pembaharuan kembali pada prinsip al-Qur’an dan as-Sunnah. Kedua sumber hukum ini bisa diambil secara tekstual maupun kontekstual. Secara tekstual, keduanya turun sesuai dengan asbabun nuzul dan asbabul wurud masing-masing, sehingga apa yang ada dalam teks bisa diterapkan ke problem pada waktu itu. Kemudian perlu untuk memperbarui cara bersikap, memahami perbedaan dan tidak mempersamakan sesuatu yang berbeda.

Banyak yang hanya berangan dan bernostalgia dengan membaca buku-bukus sejarah Islam dengan segala pernak-pernik keagungannya. Namun, hanya sampai di situ saja. Bagaimana cara mengembalikannya, masih pada menyerngitkan dahi, sedangkan solusinya masih sebatas tanda tanya. Butuh kerjasama yang visioner untuk membuatnya nyata.

Semoga kita berada dalam lindungan-Nya. Amiiin


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari