Gus Variz Muhammad Mirza, salah satu Dzurriyah KH. Hasyim Asy’ari dan Pengasuh Pondok Pesantren Al Masruriyah.

Tebuireng.online– Khazanah Manuskrip Pesantren Tebuireng perbincangkan beberapa temuan fakta atas beberapa karya KH. M. Hasyim Asy’ari. Salah satu Dzuriyah Tebuireng, Gus Variz Muhammad Mirza berbicara mengenai karya-karya buyutnya. Ia mengawali dengan sebuah mursalat (surat-menyurat) antara Kiai Barizi Fathullah dengan Syaikh Ismail Zein.

“Beliau meminta Kiai Ismail agar memberi fatwa untuk masalah di daerah Kiai Barizi. Namun, Syaikh Ismail Zein menolak. ‘bagaimana mungkin kamu meminta fatwa kepada saya untuk daerahmu sendiri. Silakan minta fatwa kiai di situ,’” ceritanya, Selasa (24/5/2022).

Menurut Gus Mirza, hal ini sesuai dengan Hadis al-Mauta 1341 H, yang artinya, ketika kita mengkaji manuskrip-manuskrip ulama kita, maka ditemui bahwa mereka berkarya untuk menanggapi kondisi masyarakat sekitarnya.

“Begitupun juga karya-karya KH. M Hasyim Asy’ari, pastinya merupakan sebuah respon terhadap konteks zamannya,” terangnya.

Yang paling hangat adalah temuan kitab Kaff al-‘Awwam tahun 1331 H. Kemudian, ada karya Adabul ‘Alim wal Muta’allim yang ditulis pada tahun 1343 H. Kemudian cetakan tertuanya sementara ini tertera pada tahun 1344 H. Ada lagi kitab Hadis al-Mauta wa ‘Asyrah al-Sa’ah yang dicetak pada tahun 1341 H.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Risalah fi Jawazi Taklid fi Tarjamah Syaikh Yusuf al-Tijawi, merupakan karya pegon Jawa Kiai Hasyim, atas konversi fatwa Syaikh Yusuf Al-Tijawi. Merupakan hasil respon terhadap masalah zaman itu, yakni ada sekelompok yang menggemborkan larangan taklid, kembali kepada Al-Quran dan Sunah, Minal Muktamar ilal Muktamar yang berisi khutbah-khutbah KH. Hasyim Asy’ari ketika Muktamar. Ada lagi Ziyadah al-Ta’liqat yang masih ada versi salinannya dibawa oleh KH. Sahal ibn Mansur al-As’ady, Banyuwangi.

Fakta lain, bahwa KH. Hasyim punya sekretaris pribadi yakni KH. Masduki Ali, Babakan. Memang tradisi ulama dulu punya katib (sekretaris). Contoh, Kaff al-‘Awwam ini bisa jadi merupakan imla’ Kiai Hasyim kepada katibnya. Sebab khatnya berbeda dengan yang dijumpai biasanya. Lalu kitab Adabul Alim yang sekarang ini kemungkinan merupakan hasil tulisan tangan Kiai Rosikhun yang diminta oleh Gus Ishom Hadziq.

“Mengkaji manuskrip dalam hal ini turats seakan-akan kita masuk dunia gelap (asing). Tapi ketika kita semakin dalam, entah mengapa seperti melihat cahaya di masa depan,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Al Masruriyah itu.

Oleh karena itu, menurutnya, minimal bagi santri ketika tidak mampu menulis kitab, maka ada keharusan kita untuk mewariskan dan mempelajarinya.

Pewarta: Yuniar Indra