Oleh: Al Fahrizal*
Semua perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. adalah sunah atau tuntunan bagi manusia, karena Nabi adalah utusan yang membawa ajaran-ajaran Tuhan ke muka bumi. Untuk itu, semua tindakan Nabi tentu akan memiliki banyak hikmah dan pengajaran yang harus diambil dan diamalkan. Seperti kisah salah seorang sahabat bernama Mu’adz bin Jabal.
Suatu hari, Mu’adz sedang melaksanakan salat Isya yang diimami oleh Nabi saw. setelah melaksanakan salat bersama Nabi, datanglah kaum (rakyat) Mu’adz. Pada saat itu, Mu’adz kembali melaksanakan salat dan mengimami kaumnya itu.
Pada rakaat pertama salat, Mu’adz membuka bacaan surat (setelah Al-Fatihah) dengan Al-Baqarah. Lalu, ada seorang laki-laki dari kaumnya yang mufaraqah (pemisahan diri dari imam saat berjamaah) dan melanjutkan salat sendirian hingga tuntas. Lantas, laki-laki tersebut dicemooh oleh orang-orang.
“Apakah engkau munafik?” tanya masyarakat.
Ia menjawab, “Demi Allah, aku tidak munafik. Permasalahan ini akan aku adukan kepada Rasulullah.”
Kemudian, menghadaplah laki-laki tersebut kepada Rasulullah seraya berucap, “Wahai Rasulullah, kami ini pengembala unta yang bekerja di siang hari dan tidak bisa berlama-lama dalam salat. Sesungguhnya Mu’adz telah salat Isya bersamamu, kemudian ia mendatangi kami dan mengimami salat Isya dengan membaca Surat Al-Baqarah.
Mendengar aduan tersebut, Rasulullah langsung menemui Mu’adz.
“Wahai Mu’adz, apakah engkau ingin membuat fitnah? Baca saja surat ini, dan surat ini!” sabda Rasul kepada Mu’adz.
Dalam satu riwayat dijelaskan, bahwa Rasulullah memerintahkan Mu’adz untuk membaca Surat Asy-Syams dan Surat Adh-Dhuha. Atau Al-Lail dan Al-‘Alaq.
Demikian kisah tentang para sahabat bersama Nabi Muhammad saw. tentang tuntunan saat menjadi imam dalam salat.
*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari.
**Kisah ini disadur dari hadis dalam kitab Shahih Muslim, no. 465.