Tebuireng Sejak 1899
Dulu…
Banyak orang tanpa ilmu pengetahuan
Di dekat Pabrik itu
Banyak sekali yang harus dibenahi
Engkau pun hadir tuk memperbaiki jiwa-jiwa yang mati
Namun, banyak yang apatis
1899
Kau dirikan Gubuk kecil dari bambu
Tempat tuk menggali pengetahuan
Memudarkan tali kebodohan
Namun, tidak sedikit yang pedar
1899
Cacian dan makian menghantam dinding kecilmu
Candala yang begitu keras menyorot tempat menimba ilmu
Selalu begitu….
Tapi kau balas dengan hati tegar
1899
Kau curahkan seluruh kemampuan
Menyadarkan jiwa raga yang beku
Menghapus candala yang berlarut-larut
Hingga akhirnya…
Jiwa-jiwa yang matipun hidup!
Kalbu mulai terbuka, terisi dengan cahaya
Jiwa ini telah sadar
Mulai mengerti arti Tuhan
Mengerti apa arti hidup
1899
Telah menyaksikan perjuanganmu kala itu
Perjuangan yang tak pernah usai
Memberi arti semangat
Memberi arti kuat walau penat
1899
Adorasimu tak kan pernah terlupa
Siapapun selalu mengenangmu
Mendoakanmu dan merindukanmu
Kiaiku, Hasyim Asy’ari
SAJAK PERJUANGAN
Perjuanganmu tak kenal Lelah
Terus berlalu tanpa melihat badai bertamu
Tirakatmu tak pernah kalut
Meski pikiranmu letih, semrawut
Jiwamu memang begitu mulia
Hatimu bak rembulan ditengah kegelapan
Beribu usaha telah kau kaitkan
Sebagai benang pengikat ilmu
Tetesan keringat banyak kau cucurkan
Sebagai bukti menjadi tinta tuk menulis puing – puing pengetahuan
Begitu rumitnya perjuanganmu telah terekam dibenak kami
Meski beribu ucapan terima kasih dan syukur
Tak bisa kami sembahkan sebagai hadiah untukmu
Izinkan kami senantiasa mengirimkan surat kerinduan Fatihah
Sebagai kado terbaik untukmu
MEMORI ADORASI
Kini kami kan berjanji tuk meneruskan perjuanganmu
Melanjutkan merakit benang yang telah kau mulai sejak dahulu
Hingga menjadi rakitan benang yang indah
Disetiap sudut kain yang dipandang
Hingga kini, jiwamu tak pernah mati
Namun senantiasa hadir dan menerangi pesantren kami hingga menjadi tujuan banyak santri
Kejaan ini menjadi tanda bukti kerja kerasmu
Kejayaan ini menjadi saksi
Dari perjuangan dan pengorbanan yang telah kau lalui
Penulis: Izza Humairo