Ilustator: Ifa

Kita tentu tidak asing dengan Kiai Asy’ari yang merupakan seorang ayah dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, penggerak elemen bangsa dalam resolusi jihad. Sama seperti putranya, Kiai Asy’ari juga memiliki daya juang yang luar biasa untuk agama dan negara Indonesia.

Kiai Asy’ari yang dilahirkan pada tahun 1830 ini merupakan seseorang yang terlihat menonjol dari akhlak dan intelektualnya sejak muda. Hal itu terlihat ketika dirinya menjadi santri di Pondok Nggedang.

Sebelum menjadi santri dari Kiai Usman, Kiai Asy’ari merupakan seorang santri yang mondok di Demak. Pondok yang diasuh Kiai Usman ini terletak sekitar dua kilometer di sebelah utara Kota Jombang, dekat dengan Tambakberas. Kiai Usman memiliki seorang putri yang diberi nama Winih, yang memiliki makna benih. Namun, kemudian putri Winih diubah namanya menjadi Halimah. Berkat kecerdasan dan kecakapannya, Kiai Asy’ari membuat Kiai Usman tertarik untuk dijadikan menantu.

Akhirnya saat itu Kiai Asy’ari dinikahkan oleh Kiai Usman dengan putrinya, Halimah. Dari pernikahannya tersebut, Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah dianugerahi sebelas keturunan yaitu, Nafi’ah, Ahmad Saleh, Muhammad Hasyim, Radiah Hasan, Anis, Fatanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi, dan Adnan.

Pada 14 Februari 1871, lahirlah putra ketiga dari Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah yang diberi nama Muhammad Hasyim. Kemudian Muhammad Hasyim akhirnya lebih dikenal dengan nama KH. Hasyim Asy’ari. Sekitar tahun 1876, Kiai Asy’ari mendirikan pesantren di Desa Keras, Kecamatan Diwek, Jombang. Melalui pendirian pesantren tersebut, Kiai Asy’ari dianggap sebagai perintis tradisi keilmuan pesantren di daerah Jombang.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
gambar 1. tampak maqbarak Kiai Asy’ari dari sisi samping, di kawasan makam keras Diwek Jombang.

Kiai Asy’ari wafat sekitar tahun 1890 dan dimakamkan di lingkungan Pesantren Keras. Makamnya berjarak sekitar tiga kilometer ke arah barat dari Pondok Pesantren Tebuireng yang terdapat makam KH. Hasyim Asy’ari. Lokasi makam Kiai Asy’ari juga terbilang luas. Di area pemakaman yang juga menjadi pemakaman masyarakat telah disediakan musholla dan pendopo yang diberi nama Pendopo Al-Halimah. Nama pendopo tersebut dinisbatkan pada nama istri Kiai Asy’ari yakni Nyai Halimah.

gambar 2. Kawasan makam Kiai Asy’ari tampak dari bangunan sisi samping maqbarah.

“Di sana, saya sering melihat para santri penghafal Al-Qur’an yang nderes hafalan mereka, memanfaatkan ketenangan tempat ini. Alhamdulillah hingga sekarang, saya masih rutin berziarah ke makam Mbah Asy’ari,” ungkap Muzdalivah, salah satu pengunjung makam, suasananya sangat damai dan tenang, walaupun jumlah peziarah tidak terlalu ramai.

Tempat ini tidak hanya sekadar situs ziarah, menurutnya, tetapi juga menjadi ruang bagi kita untuk memperkuat iman, merenungi nilai keikhlasan, dan merasakan semangat dakwah beliau yang tak lekang oleh waktu. Harapannya semoga makam Kiai Asy’ari semakin dikenal dan menjadi inspirasi bahwa beliau adalah ayah dari sang pencetus resolusi jihad, KH. Hasyim Asy’ari.



Penulis: Helfi Livia Putri