Suasana Buka Puasa di KBRI Tokyo (Sumber: https://dunia.news.viva.co.id/news/read/240270-menyiasati-tantangan-berpuasa-di-jepang)
Suasana Buka Puasa di KBRI Tokyo (Sumber: https://dunia.news.viva.co.id/news/read/240270-menyiasati-tantangan-berpuasa-di-jepang)

Ramadan merupakan bulan yang dinanti-nantikan oleh muslim di seluruh dunia. Bagaimana tidak, bulan Ramadan menjadi bulan puasa yang penuh ampunan dan rahmat. Di Jepang sebagai negara yang terkenal dengan imperium kaisar dan pabrikan motornya, Islam menjadi minoritas namun masih berkembang pesat.

Jepang sendiri terkenal dengan agama Shinto-nya, dimana sekitar 80% mayoritas penduduk memeluk kepercayaan tersebut. Diperkirakan jumlah umat Islam di Jepang sekitar 110.000 hingga 120.000, termasuk sekitar 10.000 Muslim asli Jepang. Menurut penelitian yang dilakukan Hirofumi Tanada, profesor ilmu kemanusiaan di Universitas Waseda Tokyo mengatakan, bahwa  sampai April 2009 di Jepang terjadat 58 masjid, ditambah dua lagi baru didirikan baru-baru ini, hingga totalnya 60 masjid.

Selain masjid, menurutnya, terdapat lebih dari 100 musholla atau tempat-tempat shalat sementara yang tersebar di seluruh Negeri Sakura tersebut.  Tanada menjelaskan, Islam masuk ke Jepang sekitar awal tahun 1920-an, ketika ratusan Muslim Turki beremigrasi dari Rusia setelah Revolusi Rusia 1917.  Tahun 1980-an, banyak imigran muslim datang Jepang, seperti dari Bangladesh, Pakistan, dan Iran.

Karena sedikitnya jumlah umat Islam ini, tidak banyak orang Jepang mengenal istilah Ramadan. Meskipun begitu, mereka tetap menghargai pemeluk agama Islam di Jepang dan menghormati praktik peribadatan yang dilakukan. Masyarakat Jepang cukup toleransi terhadap pemeluk agama lain.

Qurrota Ayun (24 th), seorang mahasiswi muslimah dari Indonesia misalnya menjelaskan bahwa masyarakat Jepang tidak banyak mengetahui tentang puasa Ramadan dan ibadah sunnah Shalat Tarawih yang biasa dilakukan berjamaah. Namun, mayoritas masyarakat Jepang tetap menghormati ibadah muslim di Jepang. Mahasiswi yang aktif di radio PPI Yamagata Jepang ini cukup sulit menemui masjid untuk bisa melakukan Ibadah sunnah Shalat Tarawih berjamaah layaknya di Indonesia. Untungnya pihak kampus memberikan kesempatan bagi mahasiswa muslim menggunakan ruang pertemuan jurusan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Umat Islam di Jepang harus menjalani puasa dengan durasi kurang lebih 16 jam yaitu mulai dari jam 2.30 hingga jam 7 malam waktu Jepang. Tentu hal ini berbeda dengan Indonesia yang hanya memiliki waktu puasa sekitar 13 jam saja. Pertama-tama warga Indonesia akan kaget dengan lamanya waktu puasa ini, tetapi menurut pengalamannya, mereka lama-kelamaan akan terbiasa.  Karena keadaan falitas ibadah di setiap daerah di Jepang berbeda-beda,  membuat tingkat kemudahan dalam beribadah berbeda.

Puasa Ramadan yang bertepatan dengan musim semi menuju musim panas ini cukup melegakan karena tidak sepanas yang dibayangkan. Ramadan kali ini pun dijalaninya sembari menyelesaikan penelitian tesisnya di lab kampus. “Alhamdulillah kita masih bisa tarawih di sini (kampus). Tantangannya kita harus bisa mengatur jadwal penelitian dan tarawih. Ritme kerja disini memang keras bahkan bisa mengerjakan penelitian di lab hingga larut malam”Ungkap mahasiswi yang berasal dari Jombang ini.

Tarawih bersama diadakan  oleh komunitas mahasiswa muslim PPI Yamagata Jepang mulai jam 21.00-22.30 waktu setempat. Menariknya tak hanya Shalat Tarawih berjamaah yang dilakukan, tetapi juga diselingi dengan ceramah dan bakti amal yang nanti akan disalurkan ke Indonesia. Kegiatan ini adalah sebagai kepedulian warga muslim Indonesia di Jepang terhadap masyarakat kurang mampu di Indonesia. Uniknya,  tidak hanya orang Indonesia tetapi juga ada warga Jepang yang juga ikut menyumbang.

Pengalaman berbeda dialami oleh Nabilah Sari (27) yang tinggal di Osaka. Disana dia cukup nyaman beribadah Ramadan karena bisa melakukan shalat tarawih di kampus, Masjid Ibaraki dan Masjid Osaka. Bahkan di kampusnya Universitas Osaka terdapat mushalla yang diperuntukkan untuk mahasiswa muslim beribadah.

Tak hanya itu, makanan halal pun mudah dicari di berbagai supermarket di Osaka. Selain itu ada acara buka bersama dengan warga Indonesia yang bekerja, belajar, dan tinggal di Osaka. Berada di negara orang, tentunya menimbulkan kerinduan mendalam kepada Ibu Pertiwi. Untuk melepaskan rindu, warga Indonesia biasanya dijamu di Kedutaan Besar Indonesia untuk Jepang, termasuk juga ketika Bulan Ramadan. Pastinya dengan menu khas kuliner nusantara, seakan menambah semarak nuansa Ramadan layaknya di kampung halaman. Menarik bukan? Selamat menjalani ibadah puasa Ramadan.


(Red: Lutfi Bahruddin)