tebuireng.online– Pasca teror bom di depan Gedung Sarinah Jalan MH. Thamrin 14 Januari 2016 lalu, menjadikan pembahasan serius tentang terorisme ramai kembali diperbicangkan. Berbicara soal terorisme tidak hanya soal penangkapan dan aksi heroik aparat, melainkan juga soal penanganan eks-teroris.
Menangani persoalan pencegahan dan pembinaan eks atau mantan pelaku teror yang sedang dalam mas-masa hukuman dan yang sudah bebas harus dilakukan secara komprehensif melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menjadi sektor utama, Polri, BIN, Kementerian Agama dan lembaga lainnya. Kementerian Agama, dalam program tahun (2016) ini akan lebih menekankan dan mengfokuskan penanganan terorisme pada penguatan keluarga.
Hal itu disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat menjadi narasumber Talk Show Mata Najwa di Studio Metro TV di kawasan Kedoya Jakarta, Rabu (27/1) malam. Menag didampingi Kapinmas Rudi Subiyantoro.
Dalam pandangan Menag, keluarga adalah basis inti yang terkecil. Untuk itu, pertama, sejak awal, orangtua bertanggungjawab mengetahui apa dan bagaimana paham agama yang dimiliki anggota keluarganya, apakah sesuai dengan yang diajarkan para guru dan pandangan masyarakat umum, atau ada keanehan dan melenceng jauh dari ajaran itu.
Kedua, lanjut Menag, darimana mereka mendapatkan paham keagamaan itu. Karena sekarang anak-anak memiliki kecenderungan tidak membaca koran, sebuah media yang terseleksi (content-nya) karena ada pemimpin redaksinya yang memilah-milah materi atau isi beritanya. Malah sekarang adalah eranya media sosial dan beragam situs bertebaran yang tidak tahu latarbelakang pengelolanya dan motif menciptakan situs tersebut dengan isi-isinya.
“Ini era yang luar biasa, oleh karenanya dari mana mereka memperoleh paham tersebut, lalu kemudian penguatan keluarga menjadi salah satu strategi pereventif dalam kerangka mencegah paham-paham yang bisa merusak tatanan kehidupan bersama di negara tercinta ini,” ujar Menag seperti yang dilansir situs resmi Kemanag, kemanag.go.id.
Selain Menag, hadir sebagai narasumber lainnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution, KetuaPBNU Marsudi Syuhud, dan Taufik Andri dari Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP). Topik bahasan yang diangkat dalam talk show kali ini adalah “Sesal Mantan Teroris”, dengan menghadirkan sejumlah mantan teroris, diantaranya Yusuf yang baru selesai menjalani hukuman, ia beralih profesi mejadi pengusaha kuliner dan rental kendaraan, Farihin dan adiknya yang membuka usaha warung makan dan menjadi ketua RT di wilayahnya di bilangan Menteng Raya Jakarta, dan terpidana Ali Ghufron yang divonis seumur hidup karena terlibat kasus pemboman Bali beberapa tahun lalu. (kemanag.go.id/abror)